Adalah Kampung Ketandan dan Kampung Candirejo yang menjadi rujukan puluhan peserta konferensi. Kampung Ketandan dipilih karena cara khasnya dalam menjaga dan mengonservasi identitas sebuah kampung yang dikelilingi banyak gedung pencakar langit.
Dijelaskan Ir Andi Mapajaya MT, Koordinator Jelajah, Ketandan sangat identik dengan kohesi sosialnya yang masih sangat kuat. Ketika banyak masyarakat di Indonesia memilih untuk meninggalkan kampung, orang-orang di Ketandan cenderung menetap dan mempertahankan apa yang mereka punya sejak dulu. "Terbukti dari bentukan-bentukan eksterior yang masih utuh dan terawat," ujar Dosen Arsitektur ITS ini.
Kondisi Kampung Ketandan menjadi semakin cantik ketika Pemerintah Kota Surabaya memilihnya menerima tamu dari Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dalam acara Preparatory Committee (Prepcom) III for Habitat III (27/07) lalu. "Ini berkat kerjasama semua pihak, baik Pemkot Surabaya, Komunitas, dan ITS yang turut terlibat di dalamnya dalam usaha menghidupkan kembali kampung," jelasnya.
Tak kalah dari Kampung Ketandan, Kampung Candirejo yang berdekatan dengan sentra oleh-oleh Genteng ini juga memiliki daya tarik yang tinggi. Kemandirian kampung ini tercermin dari bagaimana masyarakatnya mampu memanfaatkan kekayaan alam. Tak heran jika kampung ini dijuluki sebagai Kampung Herbal. Ada banyak jenis tanaman yang kemudian diolah menjadi makanan dan minuman siap minum.
Dr Jeffrey Chan Kok Hui, Panelis dari National University of Singapore (NUS) turut mengungkapkan kekagumannya akan kampung ini. Menurutnya, sangat jarang ada masyarakat yang masih mau hidup berdampingan dan rukun. Terlebih mampu menciptakan suasana kampung yang benar-benar menjadi contoh bagi daerah lain.
Belakangan ini pula, Kampung Candirejo telah masuk nominasi sebagai Kampung Literasi. Dimana masyarakatnya dituntut untuk sadar pentingnya literasi dalam kehidupan, salah satunya adalah membaca. Sampai-sampai tercetus untuk membuat sebuah bekupon buku, sebuah tempat buku mini yang ditempatkan di lima titik sepanjang koridor. "Bekupon kan rumah burung ya, ini ide dari warga juga yang ingin perpustakaannya bisa lebih dekat dari rumah mereka," ungkap Syahri, Ketua RT 02 RW Genteng Candirejo.
Melihat kekayaan Surabaya tersebut, Dr Rizal Muslimin dari University of Sydney memiliki mimpi untuk bisa melihat kampung tersebut bisa tumbuh seiring dengan perkembangan zaman. "Sudah umum ketika sesuatu yang sebelumnya kita anggap tidak penting bisa menjadi penting kehadirannya di kemudian hari. Misalnya panasnya Surabaya bisa saja dikonversikan menjadi energi untuk kampung, akan lebih baik," ujarnya berpesan. (owi/ao)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung