Kiat pertama adalah dengan menanamkan pada diri untuk tidak menjadi manusia rata-rata, yaitu manusia yang sudah merasa puas asal bisa tetap hidup. "Kuliah asal lulus puas, kerja asal dapat gaji puas," ujar Rifa’i dalam acara yang bertempat di gedung Sawunggaling Surabaya tersebut. Jangan sampai menjalani siklus kehidupan yang hanya lahir, sekolah, kerja, menikah dan akhirnya punya anak tanpa adanya kontribusi berarti dalam setiap fase.
Rifa’i menyebutkan beberapa ciri manusia rata-rata diantaranya adalah takut menjadi yang pertama, enggan menjadi yang terbaik, selalu ingin seperti kebanyakan orang. Takut jika diberi tanggung jawab dan tidak memiliki taget hidup. "Sangat disayangkan jika hidup singkat kita di dunia hanya diisi dengan hal hal biasa," tutur ayah dari dua orang anak ini.
"Kita hidup hanya sekali, maka jadikan hidup kita penuh petualangan, berlimpah prestasi, dan meninggalkan jejak sejarah," pesan pria asal Lamongan ini. Karena mayoritas tokoh-tokoh besar dalam sejarah, mengisi hidupnya bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga memberi pengaruh positif bagi sebanyak mungkin orang.
Rifa’i menyarankan agar terbiasa menuliskan target target kehidupan setinggi mungkin, karena dengan target itu akan lebih mudah menjalankan hidup. "Tulis detail sehingga kalian fokus dan terarah," imbuhnya. Dan juga semenjak awal sudah menetapkan kontribusi dan peran penting apa yang mau diambil, agar dalam bidang yang akan ditekuni bertahun-tahun di masyarakat dapat memberi kebermanfaatan .
Selain beberapa hal tersebut, prestasi adalah hal yang juga harus ditargetkan. "Targetkan prestasi terhebat apa yang ingin sekali kalian raih, terserah bidang apa pun," ujarnya. Banyaknya prestasi untuk memacu diri agar terus termotivasi, bukan untuk menyombongkan dan ingin dilihat orang.
Kiat yang kedua adalah dengan memanfatkan waktu dengan optimal, mengerjakan sesuatu yang memang penting dan ada manfaatnya. Memadatkan kegiatan dengan hal-hal hebat agar tidak tersita dengan hal remeh. "Bukan yang penting belajar, tapi pelajari sesuatu yang memang penting. Bukan yang penting baca buku tetapi bacalah buku buku yang memang penting," tuturnya.
Rifa’i melanjutkan ke kiat yang ketiga, yaitu agar berhati hati ketika akan memilih tiga hal penting, yaitu pendidikan, pekerjaan, dan pendamping hidup. Karena tak jarang menemukan mahasiswa setelah masuk kuliah merasa dirinya salah pilih jurusan. "Padahal sudah masuk loh, proses pembelajaran jadinya tidak efektif. Memilih pekerjaan juga yang tepat dan halal," ujar alumni Jurusan Teknik Mesin ini.
Dan kiat terakhir adalah berteman dengan siapapun, tapi bersahabatlah hanya dengan orang baik. Ia berpesan untuk jangan pernah ingin menjadi orang yang biasa saja, karena penduduk bumi terlalu banyak. "Dunia hanya memperhatikan orang-orang yang tak biasa. Dunia tak punya waktu memperhatikan orang yang hidupnya rata-rata," tukasnya. (mei/guh)