ITS News

Sabtu, 20 Desember 2025
31 Oktober 2016, 11:10

Ini Beda Pemuda Sekarang dan Dahulu

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Dalam paparannya, Daniel menyampaikan bahwa pemuda adalah orang yang selalu menjadi agen perubahan, sehingga segala gerak langkahnya selalu maju untuk melakukan perubahan. Namun tidak semua pemuda menjadi agen perubahan. "Hanya pemuda terdidik yang mampu menjadi agen perubahan," ungkapnya.

Menurutnya, sumpah pemuda merupakan praktik perjanjian para pemuda Indonesia untuk bersatu sebagai bangsa Indonesia. Jumlah pemuda yang mengadakan kongres kala ituyang tidak lebih dari 40. Sehingga membuat Belanda meremehkan kegiatannya.  
"Tapi ini menjadi bukti kepemudaan (jiwa muda, red) Indonesia pada waktu itu dan menginspirasi pemuda Indonesia lintas zaman hingga sekarang," ujarnya.
Guru besar FTK itu juga menerangkan, keberhasilan kongres pemuda dimulai dari sebuah komitmen dan kesepakatan yang memiliki nilai sejarah besar dan luhur. "Yang menunjukkan kata sangat berarti untuk persatuan, dan cita-cita baru untuk tebentuknya Indonesia," ujar pria 55 tahun itu.
Ia pun berpesan kepada para pemuda untuk memiliki jiwa yang jujur, kreatif, dan peduli dengan bangsa Indonesia. Pemuda juga harus mencari pengalaman yang sebanyak-banyaknya, makin banyak kesalahan artinya makin banyak pengalaman. "Pemuda itu juga perlu Relating with, visioning, dan Innovative to realize their vision," pungkasnya.

Peran Pemuda Muslim Abad 21
Sejalan dengan Daniel, Fauzan FIkri membahas peran pemuda muslim di Abad ke 21. Ia mengatakan bahwa pemuda sekarang tidak sehebat pemuda-pemuda dahulu, seperti Muhammad AL Fatih yang di usia 21 tahunnya mampu memimpin pasukan perang dan menaklukkan banteng Konstantinopel. 
Ditelusur lebih dalam, penyebab kemunduran pemuda sekarang ialah karena terpengaruh oleh media tiga F dan lima S. "Tiga F dan Lima S itu adalah Food, Fashion, Fun, Sport, Sex, Shopping, Sing, and Science," tutur mahasiswa angkatan 2012 ini.
Ia melanjutkan, media-media tersebut bukan berarti pemuda harus menolaknya. "Akan tetapi harus kita filter sesuai keilmuan kita," papar mahasiswa asal Bekasi ini.
Lebih lanjut, Fauzan Fikri menjelaskan bahwasanya pemuda dahulu itu lebih powerfull dikarenakan mereka dibina dan ditempa. "Jadi kalau mau kembali seperti mereka kita harus mau terus dibina, ditempa, dan memperbaiki kualitas diri baik di kelimuan, sikap, iman, dan ketakwaan," ungkap pria yang akrab dipanggil Ojan ini. 
Terakhir, Ojan memberikan contoh bentuk pembinaan yang dilakukan oleh JMMI itu diantaranya  berupa mentoring wajib untuk mahasiswa baru. "Untuk itu bila kita semua mau dibina, baik di mentoring wajib dan juga mengikuti pembinaan asrama, maka pemuda hari ini akan menjadi penentu kejayaan peradaban masa depan," pungkasnya. (io19/guh)

Berita Terkait