ITS News

Senin, 15 Desember 2025
29 Oktober 2016, 23:10

ITS Tak Sarankan Sampang Gunakan Pompa

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Dalam acara pertemuan tersebut turut dihadiri Kepala Dinas Perairan, wakil dari BBWS Brantas (Balai Besar Wilayah Sungai). Dari pihak Pemda terdapat Wakil Bupati Sampang dan Ketua Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Polisi, serta Komando Rayon Militer (Koramil). 

Selain itu ada juga beberapa dosen dari ITS yang berkecimpung dalam bidang tersebut. Adalah Dr Ir Suharjoko MT dan Umboro Lasminto ST MSc PhD. Perlu ditekankan, keduanya menghadiri acara tersebut bukan untuk mewakili ITS, melainkan mewakili konsultan.

Kemudian, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) sebagai Pusat Studi Bencana mendapat penugasan dari Forum Rektor Jawa Timur untuk memberikan rumusan solusi terkait banjir di Sampang. Ada beberapa hal yang diusulkan untuk mencegah banjir tersebut. Di antara usulan itu, ITS lantas tak menyarankan Pemda menggunakan pompa dalam mengatasi debit sungai di Sampang.

Jika rencana pembuatan pompa tetap dilaksanakan, ITS tak mau ikut campur tangan. Pompa membutuh energi listrik dalam watt besar, dan paling maksimal hanya berkapasitas tujuh meter kubik per detik per pompa. "Jadi untuk memompa air sebanyak itu ya butuh banyak. Andai kata pompa air diharapkan bisa mengalirkan banjir 50 meter kubik per detik saja, maka diperlukan pompa lebih dari tujuh unit. Kami sangat tidak menyarankan cara ini," tegas Dr Ir Suharjoko MT, Dosen Bidang Keairan Jurusan Diploma Sipil ITS.

Belum lagi keterbatasan daya listrik di Sampang. Karena sementara ini, energi listrik yang tersedia hanya bersal dari pembangkit tenaga diesel. Hal ini membuat pompa semakin sulit dioperasikan.

Suharjoko mengatakan, pihaknya telah memberikan tiga usulan untuk mengatasi banjir Sampang. Pertama, dengan menormalisasi sungai sepanjang 12 kilometer dari muara. "Tapi itu hanya sampai 290 meter kubik per detik. Jadi bisa membantu mengurangi, tapi diperkirakan masih banjir. Resiko normalisasi ini juga masih terjadi banjir yang diakibatkan dari kali Gunung Mada dan dari kali Colak yang terhambat, oleh karena itu pada kedua sungai ini perlu ada kajian dan desain tersendiri," terangnya.

Kedua, dibuatkan beberapa embung-embung atau semacam waduk kecil di daerah hulu sungai. "Pada 2007 ada usulan 35 embung, tetapi yang besar ada enam atau tujuh. Namun upaya ini masih belum cukup untuk menanggulangi banjir," ujar Suharjoko saat ditemui di ruangannya.

Opsi terakhir adalah dengan membuat sudetan atau shortcut. Yaitu memotong aliran banjir dengan cara membuat sungai buatan yang lebih pendek  untuk mengalirkan banjir dari atas kota Sampang langsung ke laut. "Panjangnya mungkin sekitar tujuh sampai delapan kilometer dari laut," tuturnya.

Suharjoko menambahkan, rencana ini sudah ada sejak lama, tetapi belum terealisasi akibat kesulitan pembebasan lahan. "Maka terhadap Forum Rektor Jawa Timur melalui Pusat Studi Bencana ITS, rumusan solusi terkait banjir di Sampang yang dapat kami usulkan adalah membuat shortcut dan dilanjutkan dengan normalisasi serta pengembangan embung. Ini adalah jalan yang paling ideal dalam penyelesaian banjir di Sampang," pungkasnya. (mbi/akh)

Berita Terkait