Mereka adalah Dzhokar Ali A dan Wahyu Zulfikar P dari jurusan Teknik Fisika ITS, serta M Nur Kharisma dari jurusan Teknik Kimia ITS. Dengan latar belakang kesamaan wilayah asal, mereka mencoba mengikuti beberapa kompetisi paper selama liburan.
Sepember lalu, mereka pun terbang ke Palembang untuk mengikuti Himakua Paper Competition . Bertemakan perikanan, mereka mengambil ide tentang penggantian air kolam otomatis yang diukur berdasarkan pH, viskositas, dan kekeruhan air dengan pengambilan keputusan Fuzzy Logic. "Untuk melakukan penelitian itu, kami belajarnya otodidak dari YouTube. Juga kadang mengotak-atik aplikasi Matlab," kata Ali bersemangat disertai tawa ringan.
Setelah sampai di Palembang, Ali mengatakan timnya sempat minder karena para pesaingnya, dengan mengenakan jas almamater, menenteng prototipe yang disiapkan untuk presentasi. "Sedangkan kami hanya modal software aplikasi yang menjelaskan sistematika alatnya," ucap pria asal Madiun tersebut.
Beruntungnya, mereka mengaku sangat lancar ketika presentasi dan tanya jawab. Bahkan seluruh pertanyaan dewan juri sudah mereka tebak dan telah dipersiapkan jawabannya. "Dosen yang menilai kan punya background perikanan, jadi kami sudah menebak tidak akan menanyakan lebih jauh tentang sisi tekniknya," terang Ali. Ia sendiri mengatakan hampir seluruh peserta memiliki latar belakang pendidikan perikanan, hanya merekalah yang berlatar belakang teknik.
"Mungkin keunggulannya ide kami itu jelas dan tegas tujuannya. Kalau yang lain idenya terkesan rumit namun tujuan pengaplikasiannya kurang bermanfaat," katanya. Akhirnya, mereka mewakili ITS berhasil menyabet juara satu di atas Universitas Negeri Yogyakarta di urutan kedua dan Universitas Sumatera Utara di urutan ketiga.
Sempat Tidak Ingin Berangkat
Rp1.800.000 adalah biaya yang diperkirakan Ali untuk memutuskan berangkat ke Palembang. Beranggotakan tiga orang, artinya mereka harus menggelontorkan dana sebesar Rp5.400.000. Ragu jelas dirasakan oleh tim mereka, pasalnya meskipun mendapatkan podium pertama, mereka hanya mendapatkan hadiah sebesar Rp3.000.000.
"Ketika kami melihat pengumuman finalis, ternyata kami berada di urutan ketiga, dan urutan tersebut berdasarkan penilaian. Melihat potensi itu, kami masih ada keinginan untuk berangkat," ceritanya. Menurut Ali, kalau saja timnya berada di urutan lima ke bawah, pasti tidak bersedia untuk berangkat.
Mereka pun memutuskan untuk berangkat dengan mengambil tabungan pribadi. Bahkan salah satu anggota ada yang rela meminjam uang Beasiswa Bidikmisi miliknya. Padahal uang tersebut seharusnya digunakan untuk kebutuhan sehari-hari di bulan-bulan berikutnya.
"Menyebalkannya, setelah menang lomba, teman-teman malah menuntut kami untuk traktiran. Padahal kan kami tetap rugi ikut lomba ini," keluhnya sambil tertawa ringan. Ali sendiri bercerita telah mengajukan dana ke Ikatan Orang Tua Mahasiswa (IKOMA) untuk mengikuti kompetisi ini. Namun karena proses pengajuan yang panjang, hingga saat ini mereka belum mendapatkan bantuan dari IKOMA. (yan/mis)
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung
Nganjuk, ITS News — Tim Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil membangun dan mengimplementasikan Kumbung
Kampus ITS, ITS News – Transparansi informasi merupakan hal yang krusial dalam keberlanjutan sebuah institusi. Berangkat dari inisiasi tersebut,