Salah satu dosen penalaran ITS, Dr Dhany Arifianto ST M Eng membuka diskusi ini dengan membeberkan penyebab mundurnya prestasi ITS di Pimnas. Berdasarkan pengalaman beberapa tahun sebelumnya, salah satu penyebab mundurnya sepak terjang ITS adalah kurangnya koordinasi Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dengan dosen pembimbing.
Kebanyakan mahasiswa cenderung memilih untuk berjalan sendiri dalam mengajukan proposal Program Kreativitas Mahasiwa (PKM). "Seolah-olah fungsi dari dosen pembimbing sekedar untuk memberikan tanda tangan belaka," ungkap Dosen Jurusan Teknik Fisika ini.
Hal tersebut juga dibenarkan oleh salah satu juri dalam Pimnas 29, Prof Dr Ir Amin Retnoningsih M Si yang didapuk sebagai pembicara dalam diskusi ini. "Pada dasarnya, asistensi proposal kepada dosen pembimbing memang memegang peran yang sangat penting bagi kemajuan PKM mahasiswa," bebernya.
Amin juga menegaskan bahwa asistensi harus dilakukan sejak tahap paling dini, bahkan sejak seleksi internal kampus. Pasalnya, penilaian yang dilakukan setiap kali tahapan seleksi akan selalu melibatkan nilai artikel ilmiah serta laporan kemajuan proposal.
Tidak adanya sinergi itulah yang menyebabkan nilai PKM timpang pada bobot presentasi dan laporan kemajuan. "Celakanya, itu juga alasan mengapa terkadang ada saja tim yang sudah baik dalam mempresentasikan karyanya namun tidak dapat lolos maupun didanai," ujar Amin.
Untuk itulah, diperlukan usaha untuk mengambalikan sinergi antara dosen dan mahasiswa dalam membuat PKM. Amin mengungkapkan penting untuk merubah pola pikir mahasiswa yang mengesampingkan peran dosen pembimbing. Salah satu caranya adalah dengan melakukan sosialisasi dua arah.
Beruntung, mulai tahun ini, sosialisasi tersebut mulai digalakan di ITS. Pada saat yang sama, sedang dilakukan sosialisasi serupa di Gedung Rektorat. Pesertanya adalah para profesor dari ITS. "Semoga melalui sosialisasi dua arah tersebut, sinergi antara dosen dengan mahasiswa dapat terbina kembali," pungkasnya. (qi/gol)