Pertanyaan tersebut berhasil dijawab melalui National Seminar Of Technology (NST) yang digawangi oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Computer-Informatika (HMTC) ITS. Acara yang dihelat pada Minggu (9/10) lalu berhasil mendatangkan lima pakar start up di Indonesia.
Kelima pakar tersebut adalah Leonika Sari Njoto Boedioetomo – CEO of Reblood, Faza Abadi – CEO of olride, Audrey Maxmilian Herli – CEO of riliv, Weylen Yanaprasetya – Senior Operation Manager of Uber serta Benny Fajarai – CEO of Qlapa.com. Latar belakang start up dari kelima pakar tersebut memang berbeda-beda, namun kelimanya sepakat dalam hal motivasi yang benar sebelum membangun sebuah start up.
Para pakar sepakat bahwa ide dalam membangun sebuah start up harus mampu memberikan solusi bagi permasalahan yang ada dalam masyarakat. Lebih dari itu, sebuah start up pantang untuk dimaknai sebagai ladang bisnis semata. "Tidak harus masalah yang kompleks, mulai saja dengan membereskan masalah-masalah yang sederhana," ujar Weylen.
Senior Operation Manager of Uber Surabaya ini tak jauh-jauh dalam memberikan contoh. "Uber hadir bukan sekedar untuk meraup keuntungan. Hadirnya Uber adalah untuk membantu menyelesaikan permasalahan yang ada di masyarakat," tutur pria berkaos hitam tersebut.
Weylen menerangkan bahwa Uber sendiri terinspirasi dari masalah berupa sukarnya mencari kendaraan sewaan yang cepat, murah dan aman. Sedangkan di sisi lain ada banyak masyarakat yang memiliki lebih banyak waktu luang untuk bisa dimaksimalkan. "Yang Uber lakukan sangatlah sederhana, yaitu sekedar memberikan jembatan bagi kedua pihak tersebut," terang dalam acara bertajuk Businees On Internet tersebut.
Weylen juga mengungkapkan bahwa alasan Uber mampu bertahan meski didesak oleh berbagai pihak adalah berkat motivasi awalnya. "Visi dari Uber adalah memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk memesan kendaraan, di manapun dan kapanpun. Uang bukanlah tujuan utama kita melainkan peluang untuk membantu orang lain," paparnya bersemangat.
Diakuinya, sebuah kemajuan teknologi kebanyakan memang bersifat destruktif. Alasannya adalah masalah baru akan selalu ada. Namun bukan berarti sebuah kemajuan teknologi harus ditolak mentah-mentah. Sebab, teknologi akan selalu hadir untuk menyertai setiap perubahan dari masalah yang ada.
Sementara itu, ketua pelaksana NST, Adiwinoto Saptorenggo berharap agar para peserta mampu mendapatkan pengetahuan baru dari para pembicara, terutama terkait perkembangan teknologi. "Sesuai dengan tema yang diusung, kami berharap para peserta mampu mendapat pengetahuan terbaru tentang kemajuan teknologi dari para pakar. Utamanya adalah potensi untuk berbisnis melalui internet," tutur Adi. (qi/guh)
Kampus ITS, ITS News – Transparansi informasi merupakan hal yang krusial dalam keberlanjutan sebuah institusi. Berangkat dari inisiasi tersebut,
Surabaya, ITS News – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) memperkuat perannya dalam mendorong pendidikan berkelanjutan melalui audiensi bersama Dinas
Kampus ITS, ITS News — Apresiasi mahasiswa yang aktif berorganisasi, Lembaga Pengelola Dana Abadi (LPDA) Institut Teknologi Sepuluh
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bersama Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) secara resmi