Siti merupakan satu dari puluhan ribu keluarga sederhana yang berhasil mengenyam pendidikan tinggi. Pertama kali mencicipi pendidikan, ia dikenal sebagai sosok pintar yang setiap tahun berhasil menjadi juara umum. Di sekolah menengahnya, Siti berhasil masuk sekolah favorit di SMPN 3 Gresik dan SMAN 1 Gresik.
Ketika masuk SMA, keluarga Siti sempat tertimpa musibah. Ayahnya yang bekerja di sebuah perusahaan kayu harus dirumahkan karena perusahaan tersebut gulung tikar. Akibatnya, ekonomi keluarganya sempat terombang-ambing.
Meski demikian, sang ayah tak langsung patah arang dalam memperjuangkan pendidikan anaknya. Ayah Siti pun bekerja serabutan untuk membiayai kebutuhan mereka. Melihat kerja keras ayahnya, Siti pun ikut berjuang mendapatkan beasiswa.
Perempuan asal Gresik ini berkisah sejak SMP hingga SMA dia selalu dapat keringanan biaya pendidikan karena selalu juara umum. "Jadi saya tidak perlu menyusahkan orangtua dengan biaya sekolah," terangnya.
Ketika menyelesaikan SMA, sosok penggemar BJ Habibie itu pun melanjutkan pendidikan di ITS di Jurusan teknik perkapalan. Ketika itu, ayahnya harus meminjam uang untuk bayar uang masuk dan SPP di ITS. Tak ingin menyusahkan orangtuanya, Siti mulai berburu beasiswa di kampus perjuangan.
Selama di ITS, ia mendapat beasiswa dari dua institusi untuk mendukung seluruh pendidikannya selama sarjana. Dari semester satu hingga enam, Siti disupport beasiswa Etos. Sehingga, biaya kuliah Siti tak lagi jadi masalah yang memberatkannya.
Bahkan, berkat beasiswa itu Siti dapat membantu ayahnya untuk membayar uang pinjaman. "Selanjutnya saya mendapat beasiswa Karya Salemba Empat dari semester tujuh hingga saya lulus," terang Siti.
Namun Siti tak cukup puas dengan gelar sarjana. Ia pun kemudian berburu beasiswa fresh graduate untuk lanjut S2 di jurusan yang sama di kampus perjuangan.
Untuk memenuhi kebutuhan pribadinya, Siti juga mengajar sebagai dosen di Institut Teknologi Adi Tama Surabaya (ITATS). Selama pendidikan masternya, ia secara telaten mempersiapkan aplikasi doktoralnya ke Universitas Strathclyde di Skotlandia.
Awalnya, ia mengontak profesor Strathclyde melalui jejaring profesornya di ITS. Tanpa diduga, sebulan kemudian profesor yang ia kontak berkunjung ke Indonesia dalam program Joint Research.
Sebagai peraih banyak beasiswa, Siti mengaku dirinya memang orang yang telaten merancang masa depannya. Jika ditanya hari ini, ia sudah mempunyai rencana hingga lima tahun ke depan. "Saya suka membuat video tentang target dan mimpi mimpi saya," tukasnya.
Ditanya tentang kegagalannya, wanita melankolis itu ternyata pernah mendapat Indeks Prestasi (IP) satu koma ketika menyelesaikan semester tiga. Ia sangat terpukul dan mengadu pada orangtuanya.
Tak ingin anaknya dirundung sedih, ayahnya malah memotivasinya agar semakin giat belajar. Hasilnya, ia berhasil mendapat IP diatas tiga di semester empatnya. Dari situlah ia mulai mencintai jurusannya dan berhasil lulus dengan IP Cum Laude.
Siti mengungkapkan, bermimpi adalah awal dari seluruh kesuksesan. Ia pun percaya bahwa setiap tindakannya hari ini, akan menentukan suksesnya di masa mendatang. "Jadi jangan pernah takut bermimpi. Kejarlah cita citamu hingga kamu berhasil meraihnya," pungkasnya. (
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung