ITS News

Jumat, 19 Desember 2025
26 September 2016, 18:09

Ini Cara Mahasiswa Arsitektur Rangkul Anak Jalanan

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Minggu (25/9), Plaza Rumput Jurusan Arsitektur ITS ramai dengan kehadiran anak-anak jalanan dari Save Street Children (SSC) Surabaya. Tak kurang dari tiga puluh anak turut meramaikan gelaran bertajuk Beraksi oleh mahasiswa Jurusan Arsitektur ITS ini.

"Beraksi sendiri singkatan dari Belajar Bareng Arek Sthapati, kita mencoba untuk mengangkat isu anak jalanan dengan balutan arsitektural dan seni," terang Ketua Pelaksana, Mahdi Faiq.

Anak-anak tersebut diajak bermain dengan kreativitas. Mereka menyulap barang bekas seperti botol air mineral, koran, serta kardus dijadikan bahan utama untuk membuat sesuatu yang baru dan bernilai. Guratan ceria pun sontak menyelimuti wajah anak-anak yang hidupnya masih bergantung dari bantuan donatur ini.

Misalnya saja Marvel, siswa kelas satu Sekolah Dasar (SD) ini begitu bersemangat untuk menyelesaikan celengan yang ia buat sendiri. "Gampang, tapi capek juga," ucapnya polos kepada ITS Online. Hasilnya, terdapat 23 karya yang berhasil dibuat. Terdiri dari celengan, figura, dan tempat pensil yang bisa dibawa pulang masing-masing anak.

Dikatakan Mahdi, sapaannya, digelarnya kegiatan ini menandakan bahwa mahasiswa arsitektur juga peduli dengan keadaan sekitar. Terlebih, ia melihat perkembangan anak-anak sekarang sangat memprihatinkan. "Putus sekolah dan menikah muda sudah menjadi hal lumrah, ini kan tidak dibenarkan," tegas mahasiswa asal Pekalongan, Jawa Tengah ini.

Mahdi memisalkan, meskipun kawasan prostitusi Dolly sudah ditutup, namun tetap ada anak-anak yang kehidupannya masih bergantung dari aktivitas di Dolly. ”Mulai dari berdagang asongan hingga koran, ada yang sekolah ada yang tidak. Kita sulit memaksa jalan hidup mereka untuk bersekolah dan meninggalkan pekerjaan karena itu cara mereka bertahan hidup," ujar pria yang juga aktif di UKM Perisai Diri ITS ini.

Mahdi berharap, anak-anak binaan SSC mampu memiliki gambaran tentang kehidupan yang lebih luas. "Itulah mengapa kami mengajak mereka ke kampus agar mereka mengenal atmosfer kehidupan kampus dan terpacu untuk menempuh pendidikan setinggi-tingginya," katanya. Karenanya di akhir, anak-anak diberikan bingkisan berupa alat tulis untuk penunjang pembelajaran di sekolah.

Himasthapati, lanjut Mahdi, berupaya akan tetap konsisten melakukan pendekatan terhadap pertumbuhan anak-anak di Kota Surabaya. Terlebih, Mahdi sendiri mengaku suka bergelut di dunia pendidikan guna membantu mencerdaskan anak-anak.

"Di kampung saya sendiri, cuma saya yang masuk SMP sedangkan yang lain (teman, red) memilih bekerja dan menikah. Alasannya tak jauh dari faktor ekonomi juga pergaulan yang salah," jelasnya. Salah satu caranya, timpalnya, adalah dengan pencerdasan yakni dengan memanfaatkan waktu untuk melakukan hal positif. (owi/mis)

Berita Terkait