Diikuti oleh 50 peserta yang berasal dari seluruh SMA di Surabaya, YC mengenalkan kimia secara unik kepada peserta. Tak hanya dituntut menguasai keilmuan kimia, peserta juga diberikan pembekalan layaknya duta pariwisata.

"Tujuannya tentu untuk memasyarakatkan kimia sehingga orang tidak lagi awam dan takut akan momok kimia," ujar Vennycha Dwi Ameswari, koordiantor acara.

Pada tahap awal, peserta ditantang menyelesaikan berbagai persoalan melalui tes kimia dasar dan tes potensi akademik (TPA). "Dari sini kami mengambil 15 peserta untuk selanjutnya mengikuti masa karantina dan berbagai pembekalan," terangnya.

Selama masa karantina, peserta dibekali dengan pengetahuan mengenai materi kepribadian oleh psikolog yang didatangkan dari Universitas Airlangga. Dan juga materi cara menjadi siswa berprestasi yang disampaikan langsung oleh Mahasiswa Berprestasi dari Jurusan Kimia ITS.

"Tak ketinggalan pula materi mengenai penjernihan air yang menjadi proyek mereka untuk dipresentasikan pada babak final," tambah mahasiswi asal Gresik ini.

Tak berhenti di situ, peserta juga dibekali dengan kemampuan public speaking untuk melatih kemampuan berbicaranya sebagai duta muda kimia di hadapan banyak orang.

Selain pembekalan, peserta diwajibkan menyelesaikan berbagai tugas yang menjadi salah satu indikator penilaian dalam YC. Adalah pembuatan majalah dinding dan video edukasi mengenai kimia yang nantinya akan dipaparkan ke sekolah-sekolah di Surabaya.

"Kami juga memberikan pembekalan dan asistensi untuk memudahkan peserta menyelesaikan tugasnya," jelas Vennycha.

Mengusung tema Future Leader Chemist, YC mengajak peserta untuk terjun langsung mengatasi berbagai permasalahan terkait teknologi kimia yang ada di masyarakat. Mulai dari mencicipi langsung laboratorium di Jurusan Kimia ITS hingga mengunjungi kampung binaan untuk mesosialisasikan proyek yang diusungnya.

"Kedepan diharapkan adanya duta muda kimia ini menjadi representasi ilmuwan kimia yang mampu menghilangkan rasa enggan masyarakat terhadap permasalahan kimia yang ada di sekitarnya. Karena pada kenyataannya kita tidak bisa terlepas dari kimia," pungkas mahasiswi kelahiran Mei 1996 ini. (arn/hil)