Merasa tak pernah memberikan apa-apa untuk almamaternya menjadi satu pecutan besar bagi Zandhika Alfi Pratama. Berangkat dari titik nol prestasi membuat mahasiswa yang akrab disapa Zandhika ini banyak bergelut dengan kegagalan. "Tahun pertama dan kedua saya tidak punya prestasi apapun. Di tahun ketiga ini saya baru sadar bahwa saya tidak punya apa-apa untuk ITS," ungkapnya.
Zandhika menceritakan bahwa titik balik kehidupannya terjadi ketika dirinya mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang Pengabdian Masyarakat. Menyandang gelar ketua, menjadikannya mengenal dunia keilmiahan. Alih-alih putus asa, gagal melaju ke Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) kala itu justru menjadi langkah awalnya terjun ke keilmiahan.
"Sejak saat itu saya jadi aktif mengikuti konferensi, kompetisi, berbagai komunitas, dan aksi sosial baik skala jurusan, institut, nasional, maupun intenasional," beber mahasiswa kelahiran Cirebon ini.
Segala kegagalan yang dialaminya, tak membuat Zandhika berhenti berkarya, bahkan membuatnya merasa memiliki bakat dan kompetensi di bidang keilmiahan. "Setiap kali gagal saya tetap yakin saya punya kompetensi di keilmiahan, hanya saja belum maksimal. Hitung-hitung menghibur diri," ujarnya sambal tertawa.
Tak hanya niat dari diri sendiri, mahasiswa yang hobi membaca dan diskusi ini juga menegaskan bahwa dorongan orang tua menjadi bekal utama di balik kesuksesannya. Bukan hanya doa, dirinya mengaku prestasi menjadi salah satu tuntutan orang tua baginya. Pasalnya, kebiasaannya menyumbangkan prestasi kepada sekolah sejak duduk di bangku SMA.
"Bisa dibilang mawapres ini menjadi ajang pembuktian tak hanya untuk almamater tapi juga orang tua saya yang sudah menanti-nanti prestasi saya selama mengenyam studi di ITS. Dan alhamdulillah orang tua sangat bangga terhadap pencapaian saya ini," tutupnya. (arn/oti)