Berawal dari rasa kagum kepada mawapres terdahulu, Zandhika mulai termotivasi menjadi seperti mereka. Menjadi wakil yang merepresentasikan salah satu kampus teknologi terbesar di Indonesia ini tentu bukan hal yang mudah. Mahasiswa yang hobi membaca ini mengaku, perjalanannya menjadi mawapres sangat panjang dan tidak mudah. "Motivasi terkuat adalah cita-cita. Maka jadikan lah mawapres sebagai cita-cita," terangnya.
Zandhika menceritakan, jalan panjang menuju mawapres nasional dimulai dari seleksi tingkat jurusan. Tak sendiri, Zandhika mengaku banyak teman-teman jurusannya yang juga berkompeten menjadi juara. "Meski banyak yang mampu, rupanya hanya ada tiga yang bisa melaju ke tingkat institut," jelas alumnus SMA Darul Ulum 2 Jombang ini.
Berlanjut ke skala institut, persaingan menjadi semakin ketat dan sulit. Usai seleksi berkas dan administrasi pada Desember lalu, enam calon mawapres kategori sarjana dan tiga untuk kategori diploma kemudian ditantang mempresentasikan karya tulisnya, tes tertulis, tes Bahasa Inggris, serta wawancara mengenai prestasi-prestasi yang telah dicapai selama kuliah.
"Hingga akhirnya April lalu diumumkan siapa yang berhak menjadi wakil ITS ke tingkat nasional," ujar mahasiswa kelahiran Cirebon ini.
Alih-alih bernapas lega, perjuangan justru dimulai ketika dirinya diumumkan menjadi wakil ITS kategori diploma. Berbagai persiapan dilakukannya bersama dengan tim dari ITS untuk mempersiapkan delegasi terbaik yang siap menggondol juara ke kampus perjuangan. "Saya cukup kesulitan dalam penulisan karya tulis, untungnya ITS sangat membantu menunjang mawapresnya meraih juara," papar Zandhika.
Tak merasa terintimidasi, tambahnya, menjadi kunci penting menghadapi lawan-lawan yang juga merupakan unggulan di kampusnya. Hal ini membuatnya lebih tenang dan lebih percaya diri. "Semua kompetitor ahli dalam bidangnya masing-masing dan kita harus percaya bahwa kita sendiri juga begitu. Jika sudah merasa sama kualitasnya, tinggal berjuang lebih keras dan jangan lupa berdoa," bebernya yang juga asisten laboratorium Analisa Instrumen.
Bukan hanya itu, hal lain yang paling penting untuk mencuri hati juri adalah dengan menyajikan karya tulis yang sudah diaplikasikan langsung di masyarakat. Hal ini menjadi poin tambah dalam penilaian. "Meski penyampaian Bahasa Inggrisnya standar, poin utama ternyata ada di konten karya tulisnya," tambahnya.
Kunci lain yang tak kalah penting adalah kemampuan karya tulis dalam merambah semua bidang ilmu. Hal ini penting karena juri yang hadir berasal dari berbagai lintas bidang studi. "Jangan melulu berkutat pada keprofesian teknik, rambah pula sektor lain seperti ekonomi misalnya. Ini menjadikan karya tulis kita semakin kuat ketika dibaca orang yang awam akan teknik," ungkap mahasiswa kelahiran 1995 ini.
Dirinya juga menekanan, ajang mawapres ini jangan dijadikan sebagai ajang kompetisi saja tapi juga menjadi ajang jalin relasi. Dengan demikian, persaudaraan dapat berlanjut dan bermanfaat untuk hal penting lain, misalnya membuat proyek bersama.
"Menjadi seorang mawapres membutuhkan visi yang jelas, perencanaan dan strategi yang terstruktur, serta rasa perjuangan yang sangat keras. Dengan tidak lupa berdoa sehingga yakin bahwa calon mawapres adalah orang yang dipilih Tuhan untuk mawakili almamater dan menjadi kebanggaan orang tuanya," pungkas Zandhika. (arn/pus)
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung
Nganjuk, ITS News — Tim Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil membangun dan mengimplementasikan Kumbung
Kampus ITS, ITS News – Transparansi informasi merupakan hal yang krusial dalam keberlanjutan sebuah institusi. Berangkat dari inisiasi tersebut,