UN CBT memang bukan hal asing lagi di kalangan siswa SMA dan SMP di Surabaya. Bukan berarti sistem ini tidak menimbulkan masalah tersendiri.
Misalnya saja, banyak siswa yang mengaku terjegal di ujiannya gara-gara masalah teknis. "Masalah ini timbul akibat kurangnya simulasi dan latihan dengan sistem CBT," ungkap Henning Titi C SKom MKom, ketua pelaksana kegiatan pengabdian masyarakat ini.
Lebih detil, Henning mengungkapkan biasanya siswa salah klik atau tidak memahami sistem kerja CBT. Sehingga mengakibatkan jawabannya menjadi salah pencet, atau malah menghabiskan waktu karena kebingungan. Hal seperti ini tentunya akan merugikan bagi siswa.
Untuk itu, demi anak didiknya, para guru juga harus jungkir balik untuk mengejar tuntutan pemerintah. "Caranya adalah dengan membiasakan sistem CBT di ulangan harian, UTS dan UAS," ujar dosen yang akrab disapa Henning ini.
Disitulah ITS terjun untuk mengadakan pelatihan kepada para guru untuk membuat uji kompetensi dengan sistem CBT. Sejak Jum’at(12/8), tim pengajar dari TC beserta asisten mahasiswanya telah memberikan pelatihan kepada 45 guru di SMPN 5 Surabaya untuk membuat ujian online.
Caranya adalah dengan menggunakan perangkat lunak berlisensi terbuka bernama Moodle yang menyediakan fasilitas membuat soal beserta koreksi secara online. "Para guru tinggal mengatur jenis ujian, soal, jawaban serta bobot skor dan durasi pengerjaan soal," tambahnya.
Meskipun tak semua guru mampu menguasai komputer dengan baik, para pengajar ini tampak antusias. Untung terdapat asisten dosen yang telaten mondar-mandir membimbing pengajar yang kebingungan.
Siti Asiyah, salah satu pengajar mengungkapkan sangat senang dengan adanya pelatihan ini. Lantaran sejak tahun ini, SMPN 5 Surabaya telah dipilih sebagai SMP Pilot yang menggunakan sistem CBT di Ujian Nasional.
Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ini mengungkapkan sistem baru ini sangat asing dan baru baik bagi siswa maupun guru. Sehingga berlatih menggunakannya sesering mungkin akan menjadi solusi yang tepat.
Guru yang akrab disapa Asiyah ini juga berharap agar sistem ini bisa segera diterapkan dalam kegiatan belajar-mengajar di sekolahnya. Selain membiasakan untuk UN, sistem ini juga dinilai lebih praktis.
Siswa yang memilih jawaban pada tipe soal pilihan ganda bisa langsung melihat apakah jawabannya benar atau salah. Sementara itu, guru juga akan dimudahkan karena skor ujian tidak perlu dikoreksi secara manual. (gol/hil)
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung
Nganjuk, ITS News — Tim Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil membangun dan mengimplementasikan Kumbung
Kampus ITS, ITS News – Transparansi informasi merupakan hal yang krusial dalam keberlanjutan sebuah institusi. Berangkat dari inisiasi tersebut,