ITS News

Jumat, 19 Desember 2025
02 Agustus 2016, 07:08

Menilik Pembangunan Jalan Negeri Merlion

Oleh : Dadang ITS | | Source : -
Salah satu fokus utama  pengembangan infrastruktur di Singapura kini adalah pembangunan trotoar. Proyek  ini dikerjakan dengan pengoperasian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Fwa menjelaskan, terdapat tiga masalah utama yang harus mereka hadapi selama proses pengembangan. "Kami sangat memperhatikan pelestarian sumber daya alam, peningkatan operasi keamanan, dan pengurangan suara bising jalanan," jelas professor asal Singapura ini. 
Oleh karenanya, Singapura menggunakan agregat hasil daur ulang. Agregat ini merupakan material sisa hasil konstruksi trotoar jalanan. Selain itu, material sisa yang tidak digunakan juga dikumpulkan untuk didaur ulang lagi untuk penggunaan pembangunan di tempat lain. 
Salah satu contoh pembangunan hasil pengolahan agregat yaitu pembangunan ulang parkir pesawat di Bandara Internasional Changi. Dalam pengerjaannya, butuh waktu sepuluh tahun untuk menggantikan parkiran 31 pesawat di atas lahan seluas 200.000 meter persegi.
Sebelumnya, berbagai penelitian mengenai agregat telah dilaksananakan untuk menguji kelayakan material. Agregat tersebut ditujukan agar mempu menyerap air dalam jumlah besar dan memiliki kekuatan tinggi.  
"Masalah ini diatasi dengan pencampuran berbagai agregat lainnya untuk menghasilkan daya serap dan kekuatan tahan seimbang," terang dosen jurusan teknik sipil dan perencanaan NUS itu. 
Disamping itu, masalah lain yang diselesaikan peneliti di singapura adalah peningkatan keamanan berkendara pada cuaca berhujan. Masalah ini diatasi dengan mendesain permukaan trotoar untuk mengurangi risiko tergelicir dengan meningkatkan ketahanan selip permukaan trotoar. Lebih jauh lagi, desain permukaan ini dapat mengatasi masalah percikan air hujan pada pengendara kendaraan lainnya. 
Permasalahan ketiga yaitu pengurangan kebisingan jalan. Dikatakan Fwa, kebisingan jalan menjadi salah satu masalah utama pada daerah perkotaan. Hal tersebut dikarenakan lebih dari 80 persen penduduk Singapura tinggal di bangunan bertingkat, sehingga kebisingan jalanan akan terasa di rungan bawah dan gaungnya akan menganggu penduduk yang tinggal di lantai atas. 
Hal inilah yang medorong para peneliti termasuk Fwa untuk mencoba mencari material bangunan yang mampu menyerap suara bising kendaraan dijalanan. "Kami mencoba menggunakan material daur ulang dari ampas bijih besi serta aspal karet sebagai campuran bahan bangunan trotoar" jelasnya. 
Dengan berbagai riset dan pengembangan, Singapura telah menyelesaikan berbagai masalah infrastruktur. Ia percaya, peneliti Indonesia dapat melakukan hal yang sama. "Para teknisi harus memperhatikan pembangunan berkelanjutan yang menjawab tantangan dari masyarakat sosial," pungkasnya. (ven/oti)

Berita Terkait