Sebagai alumnus pesantren, Baiq Zuyyina Hilyatur Rozaliya mengaku proses belajar mengajar yang dilakukan di lingkungan pesantrennya masih terbatas pada metode konvensional, yaitu menggunakan kitab yang cukup kompleks. "Para santri cenderung mengantuk saat mengaji kitab, pasalnya kita menggunakan kitab gundulan (tanpa harakat, red). Apalagi yang dibahas ilmu waris," akunya.
Menurut Zuyyina, kompleksnya materi dalam hukum waris menjadi semakin sukar untuk dipahami oleh para santri. "Cara belajar masih monoton dengan penyampaian langsung, akibatnya daya tangkap santri berkurang," terang alumnus Pondok Pesantren Nurul Hakim, Lombok, Nusa Tenggara Barat ini. Padahal, para santri kelak cenderung dijadikan acuan oleh masyarakat untuk memecahkan perkara waris.
Oleh karena itu, Zuyyina dan tim merancang sebuah aplikasi berbasis website untuk memudahkan para santri dan masyarakat umum dalam mempelajari ilmu waris. Mereka menamai aplikasinya ‘Faraidh’. "Semua orang kini dapat dengan bebas mengaksesnya melalui jaringan internet," tutur mahasiswa penerima Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) dari Kementerian Agama ini.
Aplikasi yang akan diperlombakan dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) 29 ini berhasil diselesaikan oleh Zuyyina bersama ketiga temannya selama kurang lebih dua setengah bulan. Mereka adalah Lailatul Maghfiroh, Dhevina Dewantari serta Zuli Maulidati. "Aplikasi ini kami terapkan di Ponpes Al Ishlah, Paciran, Lamongan, sebagai pengabdian," sahut Zuyyina.
Bahkan, selain memudahkan santri dalam mempelajari ilmu waris, Faraidh secara tidak langsung juga merangsang wawasan santri dalam mempelajari teknologi informasi. "Kebanyakan dari mereka mengaku tertarik terhadap media pembelajaran berbasis IT," tuturnya. Tak berhenti pada sosialiasi, Zuyyina bahkan memantau langsung perkembangan pembelajaran santri dengan menggunakan study case.
"Keberadaan aplikasi ini sangat bagus karena dapat mengimbangi kemajuan teknologi, yang sebelumnya dilakukan secara manual. Dulu banyak santri yang mengaku kesulitan kini jadi lebih mudah bersama Faraidh," ungkap Dra Hj Mutmainah, salah satu pembina di Ponpes Al Ishlah Lamongan.
Zuyyina berharap agar ke depan aplikasi ini dapat disosialisasikan ke lebih banyak ponpes di Indonesia. "Kalau bisa tidak hanya berjalan di pondok saya, dan tidak berhenti di Pimnas saja," tutupnya. (qi/mis)
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung
Nganjuk, ITS News — Tim Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil membangun dan mengimplementasikan Kumbung
Kampus ITS, ITS News – Transparansi informasi merupakan hal yang krusial dalam keberlanjutan sebuah institusi. Berangkat dari inisiasi tersebut,
Surabaya, ITS News – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) memperkuat perannya dalam mendorong pendidikan berkelanjutan melalui audiensi bersama Dinas