Water Sensitive City (WSC) adalah kondisi dimana warga secara adaptif mampu memanajemen kotanya. Pengaturan ini dilakukan agar berdampak baik bagi lingkungan, terutama keberadaan air.
Hal tersebut tak hanya menuntut perubahan kualitas hidup warganya saja namun juga infrastruktur dan penataan atau desain kota itu sendiri. "Tak lupa persiapan kebijakan pemerintah yang mendukung jalannya WSC," ujar Dr Maria Anityasari ST ME, dosen Jurusan Teknik Industri ITS.
Maria menjelaskan saat ini Surabaya sudah menapaki beberapa langkah menuju WSC. Salah satunya adalah pembersihan Boezem Morokrembangan dari eceng gondok. "Pemerintah menggandeng warga untuk membersihkan eceng gondok yang dapat berdampak buruk bagi kehidupan akuatik di boezem," terang Maria.
Tak mudah, kerjasama antara pemerintah dan warga ini sendiri berawal dari adanya penyuluhan. Maria menambahkan bahwa partisipasi warga harus dipupuk dengan berbagai cara.
Diantaranya adalah pelatihan kepemimpinan untuk perkembangan kota berkelanjutan serta loka karya manajemen air perkotaan dan kondisi air di Surabaya. Juga harus melakukan beberapa kali kunjungan langsung ke unit pemerintahan terkait. "Pemerintah juga tak lupa menggandeng ITS," beber dirinya.
Maria juga menyampaikan, WSC sudah terbukti mampu mengatasi permasalahan air di perkotaan. Salah satunya adalah yang sudah terlaksana di Melbourne, Australia. "Banyak kemiripan antara Melbourne dan Surabaya sehingga WSC ini dirasa langkah yang ampuh untuk menyelesaikan urusan air di Surabaya," pungkasnya. (arn/hil)