"Saya sangat berterimakasih pada seluruh tim meski mungkin terkesan terlambat," ungkap Joni pada sambutannya. Ia menjanjikan seluruh tim juga akan diundang kembali pada Dies Natalais ITS mendatang. "Kami akan berikan penghargaan," tuturnya menjanjikan.
Dalam halal bi halal tersebut masing-masing tim menceritakan pengalaman mereka saat bertanding pada Juni lalu. Diawali dari tim Sapuangin yang turut andil pada Drivers World Championship di London. Kehebohan media akan terbakarnya mobil Sapuangin disusul dengan banyak dukungan dan cerita haru dibaliknya.
"Kami dikabari kalau mobil terbakar saat di Qatar," kenang Dr Wawan Aries Widodo ST MT, pembina Sapuangin. Kala itu foto keadaan mobil yang dikirimkan dinilai tidak terlalu parah dan dapat diperbaiki. Namun, saat dilihat langsung ternyata komponen mobil banyak yang terbakar habis.
"Saat anak-anak jalan ke paddock lain ternyata masih banyak juga yang belum siap," ungkap Widodo yang akrab disapa pak Wid ini. Akhirnya tim memutuskan untuk melakukan lobbying pada panitia untuk bisa memperbaiki mobil.
Setelah berjuang dengan berbagai sumbangan komponen dari tim lain, Sapuangin dapat diperbaiki dan berhasil melakukan race percobaan dua kali. "Tapi dengan alasan keamanan, mobil kita tetap tidak diperbolehkan berlaga," kenang Wid kecewa.
Dirinya sangat berterimakasih pada semua yang telah mendukung. "Saya rasa ini dukungan terbesar yang diberikan oleh Rektor ITS selama Sapuangin bertanding," ujar dosen Teknik Mesin tersebut.
Selanjutnya tuturan pengalaman datang dari Marine Solar Boat Team (MSBT), Jalapatih II. Tim yang berlaga pada Dutch Solar Challenge 2016 tersebut juga belum berkesempatan membawa gelar juara. Tim memang tidak mengalami kendala yang besar kala itu. MSBT tetap berharap dukungan akan tetap mengalir di laga selanjutnya nanti.
Tak ketinggalan, tim Roboboat Barunastra yang sukses menyabet dua gelar sekaligus. Juara 3 Dunia dan penghargaan Best Speed and Maneuverability berhasil digenggam oleh tim ini. Darwin Setiyawan, Ketua Tim mengungkapkan banyak belajar dari teknologi-teknologi tim dari negara lain.
"Banyak tim yang sudah menggunakan GPS Kelas Darwin," ungkap Darwin. Sedangkan tim Barunastra hanya mengandalkan GPS handphone. Ia dan tim mengaku bangga pada dua gelar sekaligus yang dicapai dengan dana terbatas dan teknologi yang sederhana.
Hadir pula dalam acara ini, Tunjung Rahmawati, mahasiswi Kimia 2014 yang sukses meraih emas pada The 5th Macao International Innovation And Invention Expo. Dengan inovasi bertajuk Fabrication Chitosan-based Membrane for Salt Removal. Secara singkat penelitiannya bertjuan untuk mengurangi kadar salinitas air dengan membran chitosan.
Bagi Tunjung adalah sebuah hal yang membanggakan pertama kali mengunjungi negeri orang dan sukses membawa pulang medali emas. "Poin utama yang dinilai pada ajang ini adalah keunikan ide," ungkap Tunjung sembari bersyukur atas kemenangannya. Dalam halalbihalal ini juga di-launching dua kapal oleh tim Batharasurya. (dza/oti)