Mobil Sapu Angin generasi XI (SA-11) diakui Ir Witantyo MEng Sc, pembimbing tim SA telah siap jelang keberangkatannya ke London. Meski terkendala akibat rentang waktu yang pendek setelah mobil kembali dari Filipina, ia meyakinkan semua kalangan yang hadir bahwa saat ini mobil dalam kondisi siap untuk berlaga. "Kita mengusahakan waktu yang pendek itu untuk uji coba beberapa kali di Surabaya," terangnya.
Menurut Witantyo, dalam kompetisi tersebut terdapat perubahan peraturan yakni kecepatan maksimal 60 km. Namun timnya memilih menurunkan kecepatan menjadi 50 km walau diawal sudah diatur sebesar 60 km. "Kami juga memikirkan keselamatan, kalau melebihi angka itu bisa-bisa kami didiskualifikasi," lanjutnya. Meski demikian, Witantyo mengaku bisa mengantisipasi keadaan hingga optimis bisa meraih gelar pada ajang yang digelar selama tujuh hari sejak (27/6) mendatang.
Sementara itu, kapal Nala-Evo Mark II besutan tim Barunastra Roboboat juga telah siap beradu di Virgina, Amerika Serikat. Rudy Dikariono ST MT, pembimbing tim dalam keterangannya menyebutkan bahwa tim yang berada dibawah Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Robotika tersebut telah siap secara teknis maupun mental, "Kita sudah melakukan uji coba kapal di danau delapan ITS, bahkan sampai menjelang waktu teraweh," ujarnya sambil terkekeh.
Namun sayangnya akibat terkendala dana, hanya lima dari 15 mahasiswa yang berangkat menuju Virginia. Ia pun mengaku anggaran yang mereka dapatkan selebihnya dari sponsor. Maka tak main-main, Rudy pun berharap timnya bisa mendapat hasil terbaik. "Ini juga merupakan upaya untuk menjadikan Indonesia benar-benar sebagai poros maritim dunia," harapnya.
Sama halnya dengan tim Marine Solar Boat (MSB), dengan membawa kapal bertenaga surya yang bernama Jalapatih 2, mereka siap berangkat ke Belanda pada (26/6) mendatang. Muhammad Badrus Zaman, pembimbing tim MSB pun yakin kapalnya mampu berlayar di Amsterdam hingga akhir di sepanjang 180 km. "Kami sudah memenuhi persyaratan kapal yang diminta, yakni panjang lima meter, 1500 watt dan kecepatan 9 knot," ungkap dosen jurusan Sistem Perkapalan tersebut.
Ia pun juga mengakui bahwa segala persiapan telah matang dilakukan. Seperti membuat kapal menjadi seringan mungkin, sehingga kecepatan bisa teratasi. Selain itu, persiapan keselamatan dan mental anggota juga jadi yang utama. "Kita selalu menanamkan mental juara, dan selain itu kemampuan berenang dan berendam juga kami berikan," bebernya.
Melihat kesiapan tiga tim tersebut, Joni mengaku optimis salah satu dari mereka bisa meraih juara. "Karena tujuan lomba ini untuk pembelajaran mahasiswa, sedangkan bagi ITS merupakan kontribusi untuk negara," jelas pria asal Bandung itu. (fai/akh)