Bagi Daniel, yang terpenting adalah budaya belajar. Budaya berarti ada satu keyakinan tentang pentingnya belajar bagaimana menguasai sains teoritik dan sains aplikatif. "Penguasaan itu butuh proses pembelajaran khusus. Butuh suatu konsistensi," tambah Daniel.
Pria yang pernah menjadi Ketua Dewan Pendidikan Jawa Timur ini juga menyampaikan hasil surveinya terkait literasi. "Indonesia itu yang paling jelek. Di luar negeri, penulis itu bisa kaya. Kalau di Indonesia belum," tuturnya.
Membeli buku bisa menjadi suatu kultur. Daniel mengatakan, budaya belajar Indonesia itu jelek disebabkan sistem sekolah yang kurang tepat. Sehingga anak-anak Indonesia lebih sering sekolah tetapi jarang membaca.
"Hanya sekolah-sekolah yang baik saja yang mempunyai layanan perpustakaan yang baik dan canggih. Seringkali perpustakaan itu di belakang, berdebu, layanannya tidak baik," sesal Guru Besar Fakultas Teknologi Kelautan ITS Surabaya ini.
Menurt Daniel tak hanya budaya membaca saja, budaya menulis di Indonesia pun dirasa masih kurang. "Dalam menulis, mahasiswa ini seringnya menyalin saja," ujarnya sambil bercanda.
Jangan harap bisa mengembangkan budaya belajar, budaya ilmu, apalagi peradaban jika belum sanggup membudayakan membaca dan menulis. Karena sebetulnya tangan kita diciptakan untuk menulis. "Morfologi jemari kita itu fungsinya untuk menulis," terang mantan Pembantu Rektor IV tersebut.
Selama lima tahun terakhir mengamati fenomena persekolahan, Daniel merasa bahwa sistem sekolah terlalu rigid. Seakan kita menyangka belajar itu hanya untuk mengajar. Sehingga banyak anak muda itu sibuk sekolah, tetapi tidak belajar. Padahal yang terpenting dalam belajar adalah membaca dan praktik.
Bagi Daniel, pesantren adalah salah satu bentuk lembaga pendidikan yang terbaik. Pesantren itu lebih lentur dan lebih bebas. Sementara sekolah terlalu dikontrol oleh pemerintah.
Daniel menyarankan pada mahasiswa agar mengalokasikan dana untuk membeli buku. "Membaca bisa jadi pekerjaan yang membosankan jika kalian tidak terlatih. Budaya gadget membuat kalian kesulitan untuk membaca yang mendalam," tuturnya. Selain itu, Daniel berharap agar mahasiswa belajar untuk menulis. (mbi/hil)