Talitha Shabrina Azalia, seorang gadis tuna daksa, tetap teguh dengan niatnya belajar di ITS walau tak seorangpun temannya yang memilih ITS sebagai pilihan di SBMPTN. "Karena saudara saya banyak juga yang di ITS," celetuk Litha ketika ditanya alasannya memilih ITS kepada ITS Online. Gadis berjilbab ini membidik jurusan Manajemen Bisnis ITS dalam pilihan jurusan di SBMPTN.
Litha mengaku tidak minder dengan keterbatasan yang ia miliki. Hal tersebut juga disampaikan oleh Ibunda Litha sendiri, Novita Firdausi. "Anak saya sama sekali tidak minder dan tetap semangat dengan kondisinya," ujar Novita.
Novita menceritakan keadaan yang disandang putrinya tersebut berawal dari latihan Tari Saman dua tahun lalu. "Saat itu Litha kelas dua SMA, seperti kecetit hingga mengenai tulang ekor," ungkap Novita. Tari Saman tersebut adalah salah satu praktik wajib di sekolah Litha kala itu.
Wanita asal Surabaya ini juga menceritakan dukungan penuh yang diberikan oleh teman-teman Talitha di SMA selama ini. "Bahkan saat Litha mengikuti lomba paduan suara se-provinsi, teman-temannya lah yang membawa kursi rodanya ke panggung," kenang Novita.
Didampingi oleh panitia khusus, gadis alumni SMAN 1 Bangil ini dengan lancar mengerjakan tes selayaknya peserta lain. "Kalau untuk Talitha tidak ada perlakuan khusus yang rumit, ia bisa menulis seperti peserta lain hanya saja perlu bantuan untuk mobilitas dan menyiapkan meja tes," ungkap Abdul Rajab, panitia pendamping khusus peserta berkebutuhan khusus.
Rajab adalah salah satu sukarelawan dari Pusat Studi dan Layanan Penyandang Disabilitas (PSLDP) Universitas Negeri Surabaya (Unesa) yang bertugas sebagai panitia pendamping khusus. "Panitia lokal (Panlok) SBMPTN memang sudah bekerjasama dengan kami sebagai penyedia layanan," jelas mahasiswa jurusan Pendidikan Luar Biasa (LB) ini.
Di sela-sela istirahat, Prof Dr Joni Hermana MSc PhD, Rektor ITS berkunjung ke Kampus Manyar dan bertemu Litha. "Saya doakan sukses ya," ungkap Joni pada Litha. (dza/oti)
