Oleh : Dadang ITS |
266
|
Source : -
Dalam kuliah umumnya, ia mengusung tema Peranan BPK dalam Pemeriksaan Keuangan Negara Untuk Kesejahteraan Rakyat. Harry mengemukakan, terdapat tiga sifat yang harus dimiliki dalam pengelolaan keuangan negara, yakni terbuka, bertanggung jawab dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
Pria kelahiran Tanjung Pinang ini pun bercerita, bila dahulu Indonesia dan Singapura memiliki tempat duduk yang sama-sama rendah terkait pendapatan per kapita. Kini, Indonesia harus mengakui kemajuan negara singa tersebut dengan pendapatan per kapita warganya yang mencapai 50.000 dolar Amerika per tahun.
"Sayangnya, meski telah merdeka, Indonesia belum merdeka dalam konteks kemakmuran. Tapi mirisnya, kita justru bangga dan tidak peduli sama sekali," tukasnya.
Meski pertumbuhan anggaran Indonesia naik hingga 50 persen per tahun dengan total aset kekayaan yang lebih besar dari Singapura, hal ini belum mampu menjawab kesejahteraan rakyat. Dampaknya, tak jarang bila Indonesia selalu dipandang sebelah mata oleh negara-negara lain meliputi bidang apapun.
"Karena kemakmuran rakyat sangat erat kaitannya dengan kedaulatan rakyat," ujar Harry. Menurutnya, perlu adanya tekad bersama dalam upaya pembangunan bangsa. salah satunya seperti penuntasan angka pengangguran yang nantinya berdampak pada pengurangan angka kemiskinan.
Lebih lanjut, berbicara mengenai kinerja, Harry mengatakan bahwa BPK selalu berupaya menciptakan sistem tata kelola yang dapat terhitung, transparan, dan bebas dari korupsi. Namun yang perlu diketahui oleh masyarakat, lanjutnya, BPK hanya memiliki wewenang dalam pemeriksaan keuangan hingga kinerja, selain itu menjadi tanggung jawab aparat hukum.
"Kalau kita ada kerugian laporan negara, kita tidak bisa apa-apa karena selanjutnya merupakan wewenang penegak hukum. Kita tidak punya hak untuk mendesak," bebernya.
Pun pemerintah pusat seperti Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang sangat berperan dalam proses kinerja BPK. Oleh karena itu, Harry berharap bahwa kursi-kusri yang diduduki para pemegang amanat bisa tersisi oleh orang-orang yang pintar dan jujur. "Karena dalam membentuk polesi keuangan negara, kita butuh orang-orang yang seperti itu," ujar pria lulusan Amerika Serikat ini.
Menurut Harry, orang paling pintar di Indonesia yakni berada pada kelompok Perguruan Tinggi. Ia pun menyerukan kepada seluruh akademisi ITS bahwa tak perlu takut untuk berada di pemerintahan karena Indonesia butuh orang-orang yang pintar dan jujur untuk membuat sistem yang baik. "Kesadaran orang-orang pintar ini harus diprovokasi agar setiap rupiah uang negara harus jadi kemakmuran rakyat," pungaksnya. (fai/pus)