ITS News

Jumat, 19 Desember 2025
28 April 2016, 23:04

Spektronics Gerakkan Mobil Menggunakan Batu Kapur

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Aktor dibalik suksesnya tim SP XII ini adalah Wisnu Kusuma Atmaja, Putu Adhi rama Wijaya, Ratri Puspita Wardhani, Muhammad Irfan Murul Fajar Albana, dan Gabriele Ivana. "Idenya tercetus karena batu kapur sangat banyak di Indonesia, terutama Jawa Timur. Kami mengambil bahannya dari Malang," terang Wisnu, ketua tim SP XII.

Selain itu, biaya yang dikeluarkan untuk bahan bakar batu kapur terbilang murah. "Murahnya karena tidak perlu dicampurkan dengan bahan kimia lainnya, hanya direaksikan dengan air saja," ujar Wisnu. Penggunaan batu kapur tersebut menjadi nilai tambah tersendiri bagi tim dan menjadi satu-satunya tim yang memanfaatkan bahan bakar alami.
Tidak ada pembaharuan dalam sistem stopping seperti yang dilakukan oleh tim SP XI. Namun, tim menjelaskan bahwa device untuk sistem stopping ada. "Sistemnya tidak se-kompleks pada prototipe di SP XI. Cara kerja sistem stopping tersebut yaitu memberhentikan mobil pada tegangan 0,7 volt," tutur Wisnu. 
Mengenai prototype mobil yang digunakan oleh tim SP XII merupakan mobil pengembangan dari mobil SP VII dengan beberapa modifikasi. Diantaranya mengenai sistem TEC (Thermal Electric Cooler) dan TEG (Thermo Electric Generator). "Keduanya sama-sama menghasilkan daya listrik dari perbedaan suhu," terang Wisnu.
Bedanya, daya listrik yang dihasilkan TEG benar-benar berasal dari perbedaan suhu. Berbeda dengan prototipe mobil SP VII yang menggunakan sistem TEC, yaitu menghasilkan panas dan dingin terlebih dahulu untuk mendapatkan perbedaan suhu sehingga terciptalah daya listrik. "Prototipe mobil SP XII menggunakan sistem TEG," tutur Wisnu.
Meski begitu, diakui oleh tim bahwa prototipe mobil SP XII memiliki banyak sekali error selama kompetisi berlangsung. "Saat race, mobil hanya melaju hingga 8,26 meter dengan error sebanyak 2,74," ujar mahasiswa Jurusan Teknik Kimia 2013 tersebut. Ketika ditanya alasannya, tim hanya memiliki kemungkinan jawaban untuk babak pertama saja.
"Pada babak pertama, kemungkinan besar karna batu kapur telah bereaksi dengan udara. Kami urutan ke-11, sedangkan pada urutan ke-9, bahan sudah dikeluarkan dari tempatnya untuk ditimbang. Saat itulah batu kapur terpapar udara," ujar Wisnu. Terpaparnya udara tersebut membuat batu kapur terlapisi kandungan air, sehingga pada saat direaksikan, reaktan harus menembus lapisan air dahulu sebelum bereaksi.
Mengenai babak kedua, tim masih belum memastikan apa penyebabnya. Meski begitu, tim telah rajin mengambil data sejak lima bulan sebelum kompetisi guna dihasilkan spek-spek khusus yang dapat digunakan sebagai acuan. "Saat lomba, ada saja faktor tertentu yang menyebabkan mobil kami menghadapi banyak kendala," tutur Wisnu. (oti/guh)

Berita Terkait