ITS News

Senin, 15 Desember 2025
19 April 2016, 16:04

Belajar Ilmu Dirgantara dari Perusahaan Multinasional

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Saat ini, Eko menjabat sebagai Field Support Engineer di General Electric (GE) Aviation. Di mana, GE Aviation merupakan sebuah perusahaan manufaktur penerbangan dari Amerika Serikat dan bermarkas di New York.

Perusahaan yang didirikan pada tahun 1890 oleh Thomas Edison ini dikenal telah mencuat kesuksesannya, usai melakukan joint venture dengan  Snecma. Yakni, produsen pesawat dan roket mesin dari Perancis. Buah dari kerjasama dua perusahaan induk ini adalah perusahaan CFM Internasional, perusahaan pembuat mesin pesawat jet seri CFM56.

Pasalnya, Eko mengaku paling tidak suka dengan ilmu material sejak duduk di bangku perkuliahan. Tetapi, justru bidang inilah yang membentuk kiprah tersendiri bagi dirinya. "Tidak penting dulu suka atau tidak, yang penting adalah value yang harus dicari," pesan alumnus University of Exeter, Inggris.

Ilmu baru yang dimaksud Eko adalah value. Sebuah kesempatan emas ini akan sayang bila tidak dimanfaatkan untuk dibagikan kepada lingkungan sekitar. "Kalau bisa bekerja di industri-industri multinasional, bawalah ilmu mereka untuk dibagi ke Indonesia," tegasnya.

Eko banyak menjelaskan mengenai General Electric and CFM Aircraft Engine Overview. Materi apik inilah ilmu baru yang dibagi Eko guna menambah wawasan para mahasiswa kampus maritim seputar kedirgantaraan.

Mesin pesawat yang diproduksi ini telah menggunakan teknologi canggih. Antara lain Direct Metal Laser Sintering (DMLS) dan Electron Beam Melting (EBM). DMLS adalah salah satu teknik manufaktur aditif yang paling efektif untuk logam. Tak seperti teknik cetak 3D, proses ini dapat membangun objek menggunakan bahan dari semua paduan logam.

Sementara EBM adalah proses manufaktur aditif yang sangat mirip dengan mencairnya laser yang selektif. Tetapi EBM lebih memanfaatkan berkas elektron daripada laser untuk mencairkan bubuk logam. (mbi/guh)

Berita Terkait