Dua orang teman Kak Gentong dengan kostum kelinci dan beruang juga menyita perhatian para anak-anak. Anak anak yang berasal dari panti asuhan Arif Rahman Hakim, Al Kahfi dan Baitul Yatim tersebut tak bisa menahan tawa mereka ketika tokoh kelinci, Bondu, berulang kali salah ketika disuruh berhitung.
"Aduh masak kamu berhitung tidak bisa. Coba anak-anak yang di sini, kalian berhitung pakai bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan bahasa Jawa halus," pinta pria yang menggunakan blankon tersebut. Serentak anak-anak menjawab dengan lantang. "Bagus, kalian di sini semuanya anak-anak pintar," puji Kak Gentong.
Kak Gentong kemudian duduk di hadapan mereka dan mengeluarkan sebuah boneka kecil dari tas ransel besarnya. "Saya mau bercerita tentang si Boy, anak kecil yang malas. Dia tidak mau shalat, tidak mau belajar, tidak nurut sama orang tua dan tidak suka tersenyum," ujarnya memperkenalkan si Boy. "Berbeda dengan si Kuncir," sambungnya sambil mengambil boneka perempuan kecil. "Dia anaknya rajin shalat, rajin belajar, nurut sama orang tua dan baik pada sesama temannya," ceritanya.
Ia kemudian bercerita panjang mengenai dua tokoh tersebut. Pembawaannya yang santai dengan menggunakan jenis suara yang berbeda-beda dan bahasa tubuhnya yang juga bercerita, mampu membuat anak-anak bahagia. Tak lupa ia sisipkan beberapa pelajaran dalam ceritanya tersebut.
"Kalau kalian malas seperti Boy, nanti kalian jadi susah. Jadilah seperti Kuncir, yang semangat sekolahnya supaya cita-cita kalian tercapai," ujarnya berpesan. Sebelum mengakhiri ceritanya, Kak Gentong meminta kepada anak-anak untuk menuliskan harapan dan cita-cita mereka di kertas, yang nanti akan ditempelkan pada balon dan diterbangkan bersama-sama.
Tak hanya bercerita, Kak Gentong juga menampilkan pertunjukan sulap kecil yang membuat anak-anak terheran dan berebut ingin maju ke depan. "Ini kotak ajaib, yang duduk manis nanti saya tunjuk ke depan," serunya. Seorang anak laki-laki berbaju putih ditunjuknya maju untuk mencoba kotak ajaibnya.
"Kamu mau jajan? ayok berdoa dulu minta sama kotaknya keluarin jajan," ujarnya. Setelah berdoa anak tersebut diminta membuka kotak, namun tak terdapat apa-apa di dalam kotak tersebut. "Kosong? Kamu salah berdoanya, mintanya sama Allah bukan sama kotak, ayok diulang lagi doanya," katanya.
Dari hal tersebut ia ingin menyampaikan kepada para anak anak bahwa hanya Allah SWT tempat berdoa dan meminta, bukan kepada yang lain. Anak kecil tersebut tersenyum senang setelah membuka kembali kotak ajaib dan terdapat beberapa makanan. "Silahkan diambil jajannya buat kamu," ujar pendongeng yang berasal dari Rumanos Management Surabaya itu disambut tepuk tangan riang.
Istiqomah Amalia, koordinator MIC menjelaskan, dongeng yang disampaikan Kak Gentong merupakan cerita motivasi. "Kami harap adik-adik bisa termotivasi untuk sekolah hingga nanti ke perguruan tinggi dan mencapai cita cita yang mereka inginkan. Meskipun mereka memiliki kekurangan semoga itu bukan penghalang untuk mereka," imbuhnya. (mei/mis)
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung
Nganjuk, ITS News — Tim Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil membangun dan mengimplementasikan Kumbung
Kampus ITS, ITS News – Transparansi informasi merupakan hal yang krusial dalam keberlanjutan sebuah institusi. Berangkat dari inisiasi tersebut,