ITS News

Jumat, 19 Desember 2025
10 April 2016, 00:04

Beda, Kompetisi Morph Archproject Wajibkan Realisasi

Oleh : Dadang ITS | | Source : -
Saat ini, mayoritas kompetisi rancang arsitektur hanya mengedepankan kualitas rancangan yang tertuang dalam sebuah draft konsep. Padahal, seharusnya mahasiswa arsitektur tidak hanya sebatas merancang, tetapi juga diwajibkan merealisasikannya. 
Namun,  Departemen Archproject Himasthapati Arsitektur ITS mewajibkan pesertanya untuk merealisasikan ide mereka dalam kompetisi skala nasional ini. "Semua mahasiswa arsitektur itu jago merancang, tapi terkadang mahasiswa tidak tahu apakah yang dirancang bisa dibangun atau tidak," jelas Arya Samoedra Hening, Ketua Panitia Kompetisi Morph.
Dengan menyediakan waktu lima hari untuk realisasi, peserta secara kontinu bekerja dengan cepat. Sementara, bambu yang menjadi material utama dan peralatan pendukung lainnya telah disediakan panitia. "Awalnya banyak peserta ragu jika hasilnya akan sama dengan konsep rancangan, tetapi keraguan itu berhasil ditepis, karena hasil akhirnya memuaskan," tutur Arya kepada ITS Online.
Adnan salah satu finalis dari Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) mengemukakan bahwa ini adalah pengalaman pertamanya. "Ukuran bambu kan tidak pasti. Kita tidak bisa memprediksi bambu yang kita dapat seperti apa. Namun, Alhamdulillah yang terbangun tidak jauh berbeda dengan apa yang diharapkan," ungkapnya. 
Salah seorang Juri, Defry Agatha Ardianta ST MT mengatakan, ide kompetisi peserta menarik, selain merancang juga terlibat dalam proses pembangunan. Terlebih dengan konteks play-ability-nya ini yang dapat menarik orang untuk mendekat dan turut bermain.
Dari penilaian perancangan hingga direalisasikan, imbuh Defry, ternyata tidak jauh berbeda dan tidak ada elemen penting yang tertinggal. Walau sebenarnya, memperlakukan material bambu harus ada treatment khusus. "Bambu itu bisa lengkung, tapi kalau lengkungan yang ekstrim, harus ada perlakuan sendiri," imbuh pria berkacamata ini.
Defry mengganggap wajar, bila pengetahuan bahan, alat, dan teknik sambungan dari material bambu belum dikuasai peserta. Namun, dirinya bangga melihat peserta mampu menanganinya. "Tapi di lapangan rupanya peserta sudah mampu menanganinya dengan cara masing-masing," papar Defry.
Tidak masalah bila hasil karya finalis yang dipamerkan hanya sebatas instalasi temporer, sebab material bambu sendiri memang tidak tahan lama. Hal tersebut memberi pandangan tersendiri oleh Defry. "Tidak apa kalau hasilnya hanya bisa bertahan dalam waktu yang pendek. Toh, kita bisa menciptakan rancangan dengan gagasan baru dan jenis permainan baru yang lain lagi," pungkasnya.(owi/guh)

Berita Terkait