Mengusung tema Perkembangan Teknologi Dirgantara dan Bisnis Penerbangan, Cipung menceritakan kisahnya bersama B J Habibie saat mengembangkan industri pesawat terbang di Indonesia. "Sebut saja pesawat N-250. Itu adalah pesawat penumpang sipil (airliner) regional komuter turboprop rancangan asli Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN)," tukasnya.
Menurut pria yang menetap di Seattle ini, penerbangan N-250 pernah tercatat sebagai hari kebangkitan teknologi Indonesia. "Kita tidak cuma bisa mendesain, tapi juga bisa membuatnya, dan menjualnya. Itu yang membanggakan kita, implementasi dari idealisme yang kuat dari anak-anak muda," kenang Ir Sritomo Wignjosoebroto MSc, salah satu rekan Cipung yang merupakan dosen Teknik Industri.
Ia menegaskan bahwa ingin menggerakkan mahasiswa untuk memiliki idealisme dalam mengimplementasikan ilmu-ilmu teknologi yang telah mereka pelajari. "Ilmu teknologi tinggi paling gampang ya pesawat terbang. Kalau pesawat aja kita bisa bikin, apalagi mobil, dan yang lain-lain," ungkap bapak dua anak tersebut.
Sayangnya, Indonesia kerap kali terkendala oleh budaya yang tidak akurat. "Misalnya, kita menggunakan ukuran senti, padahal di luar sana memakai nano," sesalnya. Bahkan, Cipung juga menganggap Indonesia kurang disiplin dan tepat waktu.
Selain itu, ia mengatakan bahwa Indonesia masih kurang menghargai hasil bangsa sendiri. "Juga tidak ada ceperan-nya, makanya pada lari ke luar negeri," tuturnya. Di Indonesia, untuk mendapatkan penghargaan merupakan hal yang sulit. Tidak ada apresiasi dari pemerintah seperti di luar negeri.
Padahal, tambahnya, jika dibandingkan dengan dunia barat, teknologi Indonesia sudah canggih dan masyarakatnya terkenal pintar dan cerdas. Tapi selalu terkendala biaya. "Dunia tidak senang kalau Indonesia maju. Mereka ingin kita jadi konsumen yang biasa-biasa saja," tandasnya.
Di akhir, Cipung berharap mahasiswa Indonesia khususnya ITS dapat memberi kontribusi bagi Indonesia dalam dunia penerbangan. Indonesia harus bisa merebut kembali industri kedirgantaraan. "Mulai dari industri, sipil, perkapalan, mesin, semua itu harus bersatu untuk masuk ke industri dirgantara. "Belajar yang bener, yang pinter, jangan ngerepek, kuasai ilmu, jangan hanya yang penting lulus," pesannya. (mbi/pus)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung
Kampus ITS, ITS News — Guna meneguhkan komitmen sebagai World Class University (WCU), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menyiapkan