Sembari mengucap syukur, Joni menegaskan bahwa sebagai lulusan perguruan tinggi, terlebih ITS, para wisudawan sudah termasuk menjadi bagian dari masyarakat elit atau kelompok eksklusif di Republik Indonesia ini. "Itu artinya, ada titipan bagi kalian untuk bisa mengangkat derajat bangsa ini," jelas Joni.
Menurut Joni, sebagai perguruan tinggi berbasiskan sains dan teknologi, ITS punya peluang besar untuk membantu menyukseskan program pemerintah. Joni melanjutkan, tantangan terdekat yang harus dihadapi kedepannya berkaitan dengan persaingan bebas, baik itu ASEAN Free Trade Area (AFTA) atau pun ASEAN Economy Community (AEC).
Lebih lanjut, menanggapi AEC 2015, Joni menjelaskan bahwa perpindahan tenaga kerja tidak betul-betul bebas melainkan lewat Mutual Recognition Arrangement (MRA). MRA merupakan suatu kesepakatan saling pengakuan terhadap produk-produk tertentu antar dua atau beberapa negara untuk mempermudah kegiatan impor maupun ekspor tanpa melalui dua atau beberapa kali pengujian.
Menurut guru besar Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ini, hanya tenaga kerja bersertifikat saja yang bisa dipertukarkan melalui mekanisme MRA. "Agar mampu bersaing, tidak sekedar ijazah saja yang perlu saudara miliki. Butuh sertifikat," tegas Joni.
Untuk itu, tambah Joni, Indonesia perlu meningkatkan daya saing bangsa melalui tiga kata kunci, yaitu Sumber Daya Manusia (SDM), inovasi, serta sinergi.
"Wisuda hari ini merupakan hasil dari proses dalam rangka penigkatan SDM. Untuk memperbesar daya saing, saudara harus bersinergi membangun jejaring agar mampu saling menguatkan," terang pencetus gerakan ITS Cinta Subuh ini.
Dosen Jurusan Teknik Lingkungan ITS ini menuturkan jika tantangan di masa datang tidak hanya berat, namun sangat kompleks. Diakuinya, tuntutan untuk melakukan pemerataan kesejahteraan menjadi prioritas utama. Menurut Joni, pemimpin masa depan Indonesia harus mampu menyeimbangkan pembangunan iman dan taqwa, serta Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta Seni (Ipteks).
"Alhamdulillah, ITS telah cukup membekali saudara semua dalam hal Ipteks sebagai bekal mengabdikan diri untuk pembangunan nusa dan bangsa," ucapnya.
Joni mengingatkan, Ipteks saja tidak cukup, semua itu tergantung dari orang yang memanfaatkannya. "Moralitas manusia lah yang akan menentukan apakah Ipteks akan dibawa ke arah kebaikan atau sebaliknya." imbuhnya.
Apresiasi Untuk Wisudawan
Dalam kesempatan tersebut, Joni mengungkapkan, rasio wisudawan perempuan di ITS kali ini mencapai 52 persen. Angka tersebut seakan mematahkan stigma bahwa kampus teknik identik untuk pria dan kian mengukuhkan dominasi wisudawati di ITS dalam beberapa tahun belakangan. "Bahkan, wisudawan dari Jurusan Biologi kali ini 100 persen wanita," ungkap Joni.
Tak lupa, Joni turut mengapresiasi atas kelulusan wisudawan tertua, yaitu Suhadi dari program studi S3 Teknik Kimia ITS yang genap berusia 62 tahun. "Ini merupakan contoh yang baik bahwa belajar itu tidak mengenal usia," tuturnya.
Sementara itu, wisudawan termuda kali ini berasal dari program studi S1 Teknik Industri ITS, atas nama Agung Bayu Aji dengan usia 19 tahun.
Di hari terakhir, turut pula diwisuda 160 orang mahasiswa program studi S1 dan D3 penerima beasiswa Bidikmisi. Dari jumlah tersebut, 23 orang dinyatakan lulus dengan predikat "pujian" alias cumlaude. IPK tertinggi sebesar 3,77 diraih oleh dua orang, yaitu Nur Fajriyah dari program studi S1 Statistika dan Hadi Widjaja dari program studi S1 Teknik Material dan Metalurgi.
Bersamaan dengan wisudawan lain,terdapat empat orang wisudawan asing yang telah menyelesaikan masa studinya di kampus perjuangan. Wisudawan asing asal Yaman, Mohammed Hatem Al Hooti dari program studi S2 Teknik Informatika ITS bahkan memperoleh IPK 4,00 dan melanjutkan ke program studi S3 Ilmu Komputer ITS.
Arak-Arakan Eco Campus
Prosesi wisuda nampaknya tak lengkap tanpa momen arak-arakan. Seperti tahun sebelumnya, ritual "penculikan" wisudawan oleh para adik tingkat kembali dilakukan.
Ruas jalan di depan Gedung Grha Sepuluh Nopember mendadak lumpuh dan tumpah ruah dengan lautan manusia. Antrean motor dan mobil dengan bak besar terbuka serta wisudawan di dalamnya sudah jadi hal yang biasa. Anehnya, hal serupa tak terlihat dari rombongan Himpunan Mahasiswa Statistika (Himasta) ITS dan Himpunan Mahasiswa Biologi ITS (Himabits).
Di saat jurusan lain berlomba-lomba menggondol alumni mereka dengan kendaraan-kendaraan bermotor yang mentereng, mereka justru memilih becak sebagai transportasi pengangkut para wisudawan. "Kebetulan kami memilih tema Eco Campus, sengaja tidak memakai kendaraan bermotor," jelas Aldo Rizki, mahasiswa Jurusan Statistika angkatan 2013. (fah/van)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung