ITS News

Kamis, 18 Desember 2025
06 Maret 2016, 10:03

Kenalkan Korosi, Indocor ITS Gelar Workshop

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Gelaran yang masuk dalam rangkaian acara Indonesian Corrosion Week (ICW) 2016 tersebut menghadirkan dua orang pembicara, yakni Dr Lukman Noerochim ST MScEng dan Riki Akbar ST. Dengan menggunakan tema acara yakni Corrosion Prevention in Oil and Gas Industries Using Cathodic Protection Methods, Lukman, Kepala Indocor sektor Jawa Timur, menjelaskan korosi adalah proses degradasi sifat material akibat adanya interaksi dengan lingkungan. "Sebagian besar terjadi pada logam, tetapi ada pula korosi tidak lazim yang terjadi pada polimer alias plastik," terang Lukman.

Menurutnya, mempelajari korosi merupakan suatu hal yang penting. Diakui Lukman, banyak perusahaan migas rela menghabiskan 30 persen anggaran tahunan mereka hanya untuk pemeliharaan dari korosi. "Saking pentingnya korosi, sampai-sampai di Amerika sudah ada jurusan khusus yang mempelajarinya, yaitu Corrosion Engineering," ungkapnya.

Senada dengan Lukman, Akbar yang berprofesi sebagai insinyur korosi di PT Vico Indonesia menambahkan jika korosi terjadi karena adanya perbedaan potensial yag dipengaruhi oleh empat faktor. "Korosi akan muncul saat ada anoda, katoda, elektrolit, serta konduktor. Jika salah satu dari keempat komponen ini hilang, maka tidak akan timbul korosi," jelas Akbar.

Akbar melanjutkan, anoda merupakan bagian yang mengalami korosi sedangkan katoda bertugas untuk melindunginya. Elektrolit sendiri berperan sebagai media atau lingkungan tempat terjadinya proses elektrokimia pada anoda dan katoda yang dihubungkan melalui konduktor.

Mengenai proses terjadinya korosi, Lukman kembali mencontohkan dengan pipa yang mengalami pengkaratan saat berada di air. Korosi terjadi akibat adanya pemecahan molekul saat oksigen bereaksi dengan air. "Pipa yang sebagian besar komponennya berupa besi cenderung mudah teroksidasi (melepaskan elektron, red). Hasil dari reaksi tersebut nantinya membentuk karat," ujarnya.

Dosen Jurusan Teknik Material dan Metalurgi ITS ini melanjutkan, secara umum, terdapat 9 jenis korosi, diantaranya, homogen, galvanik, crevice, pitting, intergranular, erosi, selective leaching, stress corrosion, dan hydrogen embrittlement. "Korosi homogen merupakan jenis yang paling sering kita temui pada pipa," ungkap pria berkaca mata ini.

Dikatakan Lukman, korosi merupakan reaksi kimia yang tidak dapat dihindari. "Korosi pasti terjadi, yang bisa dilakukan hanya mengontrolnya saja," terang pria yang melanjutkan studinya ke Taiwan dan Australia ini. Keduanya sepakat, cara terampuh untuk menghambat proses korosi ialah melalui proteksi katodik.

Proteksi katodik sendiri terbagi menjadi dua cara, yaitu anoda korban alias Sacrificial Anode Cathodic Protection (SACP) serta arus paksa alias Impressed Current Cathodic Protection (ICCP). Prinsip keduanya diakui Lukman sama saja, menyumbangkan elektron pada pipa yang akan dilindungi. Perbedaannya terletak pada sumber elektronnya. "ICCP berasal dari power supply, sedangkan SACP berasal dari anoda," urai Lukman.

Dalam metode tersebut, beda potensial yang diberikan pada katoda harus berada pada takaran yang pas agar penghambatan korosi dapat maksimal. "Jika beda potensial terlalu kecil, tingkat proteksinya berkurang. Sedangkan beda potensial yang terlalu besar justru menyebabkan anoda cepat habis," tegasnya. Dasar capaian proteksi katodik pun diyakininya dapat diketahui melalui diagram Pourbaix dengan melihat hubungan antara potensial dengan derajat keasaman (pH).

Menyoal tiga macam anoda yang biasa digunakan yakni alumunium, zinc, dan magnesium, menurut Akbar, ketiganya memiliki peran berbeda. Alumunium misalnya, hanya bisa digunakan untuk wilayah laut saja sedangkan zinc bisa digunakan di darat maupun laut. Sementara itu, penggunaan magnesium hanya terbatas di darat saja karena sifatnya yang paling reaktif diantara unsur yang lain.

Disadarinya, hal tersebut terjadi karena sifat tahanan di tanah yang lebih dinamis dan berubah-ubah dibandingkan di laut. "Semakin ke bawah, hambatan yang dimiliki akan semakin kecil," jelas pria asal Jombang ini. Selain itu, lanjutnya, anoda perlu dilapisi backfill (pembungkus, red) untuk menjaga kelembapan agar tingkat proteksinya tidak berkurang. (fah/man)

Berita Terkait