Protes warga Gebang terkait penutupan jalan dari Bundaran ITS menuju jalan Gebang Lor menemui puncaknya pada siang itu. Belasan warga ikut memasang tulisan yang terang-terangan ditujukan untuk menarik perhatian pihak ITS.
Namun dengan dilontarkannya tulisan seperti itu, mahasiswa ITS yang berada di Gebang tidak perlu merasa khawatir. Salah satu warga Gebang yang enggan disebutkan namanya mengatakan, tulisan itu dibuat agar ITS serius dalam menanggapi protes warga.
"Dulu ada jalan yang menghubungkan Gebang Kejawen dengan Jalan Gebang Lor, tapi sekarang sudah dibangun gedung oleh ITS," ungkapnya. Gebang Kejawen sendiri masih disatukan dalam satu kelurahan Gebang Putih, namun terpisah sekitar satu kilometer dari daerah utama Gebang Putih.
"Kami hanya menuntut untuk tetap membuka jalannya. Kalau ditutup seperti ini mobil angkutan umum tidak bisa lewat," ujar warga Gebang tersebut. Warga juga mengkhawatirkan pemasangan penutup jalan berupa patok yang akan membahayakan pengguna jalan.
Masalah lain juga akan timbul pada pedagang kaki lima yang berjualan di jalan antara Bundaran ITS dan Gebang Lor yang terancam kehilangan pembeli. "Jika jalan ditutup memang tidak benar-benar ada pertumpahan darah, tapi hubungan ITS dengan warga jadi tidak baik," tukasnya.
Di sisi lain, Menteri Sosial Masyarakat Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) ITS, Gatot Subroto tidak menyalahkan siapapun atas kejadian ini. Menurutnya, protes warga adalah hal yang wajar dalam kehidupan bertetangga. "ITS sebenarnya sudah ada izin dari kelurahan, namun tidak menyosialisasikan langsung ke warga Gebang," ujar Gatot.
"Kejadian ini menjadi koreksi bersama agar ke depannya ITS dan warga sekitar melakukan komunikasi yang lebih baik," ucapnya. Proses unjuk rasa siang itu sempat didatangi oleh pihak Komando Rayon Militer (Koramil) untuk mengamankan. Namun, siang itu juga warga Gebang dan pihak ITS sepakat untuk mengadakan rapat kelanjutan di Kelurahan Gebang, Jumat (8/1) malam.
Pada rapat tersebut, warga tidak hanya memberi tuntutan masalah penutupan jalan, namun juga memberi tuntutan perihal pengabdian masyarakat yang dirasa masih kurang. "Ini merupakan momentum karena jarang warga Gebang bisa bertemu langsung dengan petinggi ITS," katanya.
Pada penyelesaiannya, pihak ITS menyetujui untuk memenuhi semua tuntutan warga Gebang. Tuntutan itu di antaranya adalah penggantian patok dengan pembatas jalan yang lebih aman dan pembuatan rambu lalu lintas yang jelas. Warga pun menuntut prioritas tenaga kerja di ITS untuk warga Gebang, dan penggunaan fasilitas olahraga ITS untuk warga Gebang dengan syarat tertentu.
"Ke depannya BEM ITS siap menjadi media atau sarana untuk menampung aspirasi dan melayani warga sekitar," terang dirinya. Menurut Gatot, pihak birokrasi ITS sendiri akan menyegerakan untuk memenuhi semua tuntutan tersebut. Semua tuntutan telah ditandatangani oleh beberapa petinggi warga Gebang dan Wakil Rektor 2 ITS, Ir Heppy Kristijanto MS di Kelurahan Gebang Putih. (yan/hil)