Dalam paparannya di Seminar bertajuk 3 Tahun SIKLUS Menghitung Karbon dan Kampanye Perlindungan Hutan, ia mengatakan, bumi memiliki komposisi gas dengan berbagai tingkatan untuk manusia layak hidup. Misalnya saja gas rumah kaca yang pada tingkatan tertentu dibutuhkan, tapi kemudian akan bermasalah ketika berlebihan.
"Menyangkut perubahan iklim ini adalah masalah serius," ujar pria asli Batak yang kini bertugas di Jawa Timur ini.
Dalam konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai Perubahan Iklim, ia menyebutkan, terdapat enam jenis gas yang digolongkan sebagai gas rumah kaca. Dua diantaranya biasa disebut metana dan karbon dioksida.
"Kita sering mengupayakan untuk peduli lingkungan, tapi dari diri sendiri saja sering lupa. Contoh sederhananya misal tidak melepaskan colokan TV ketika mematikannya, dengan begitu emisi sudah bertambah," jelasnya.
Mengacu pada sebuah penelitian, disebutkan bahwa setiap tahunnya planet bumi mengalami kenaikan suhu di kisaran dua derajat. Efek kenaikan dua derajat per tahun itu, menurut david, akan sangatlah dahsyat. "Bisa hampir 80 persen tanaman pangan kita tidak tumbuh. Akibatnya, kita akan terancam kekurangan makanan," ungkapnya serius.
Karenanya, ia menjelaskan negara maju kini banyak menghibahkan dana insentifnya ke negara berkembang seperti Indonesia guna menurunkan emisi. "Negara maju sulit, makanya Indonesia yang menjadi sasaran, bisa turun 1-2 persen saja sudah bagus," ujar asisten teknis Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) Jerman ini.
Hutan Lestari
Senada dengan David, Dr Asihing Kustanti SHut MSi meyakini salah satu caranya adalah dengan menjaga hutan tetap lestari. "Satwa liar asli begitu ketemu kita, dia lari sendiri, takut dia. Berbeda saat kediamannnya sudah diobrak-abrik, makanya tidak heran jika kita yang diserang. Ia merasa terancam," terangnya.
Untuk hutan konservasi sekalipun, sambung Asih, lahannya masih bisa digunakan untuk keperluan lain namun bersifat terbatas. "Kan hutan ada tiga jenis, hutan hijau, semi-hijau dan economy-oriented, namun yang terpenting ada tiga yakni amankan, gunakan, dan rawatlah hutan lagi," ujar dosen Fakultas Pertanian Universitas Negeri Lampung ini.
Ia pun menaruh harapan kepada setiap mapala yang hadir agar bisa memberikan sumbangsih besar bagi lingkungan. "Sumber daya ini jangan dihabiskan karena untuk pemenuhan generasi ke depan, jadi nilai hutan itu begitu tinggi," tukasnya. (owi/man)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung