ITS News

Jumat, 19 Desember 2025
01 Desember 2015, 22:12

Mahasiswa ITS Ciptakan Alat Penghambat Pematangan Buah

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Melalui karya tulis berjudul E-Delay Circulation, ketiganya bertekad meningkatkan kondisi perekonomian petani di Indonesia. Fitria menggambarkan, apabila buah yang telah dipetik dari pohonnya dibiarkan terlalu lama, maka akan mengalami proses pembusukan yang cepat. Hal inilah yang sering dikeluhkan petani, lantaran hasil panen yang tak sesuai harapan.

"Maka, kita membuat alat yang berfungsi sebagai penghambat  pematangan buah," ungkapnya.

Lebih lanjut, Fitria menjelaskan pematangan buah disebabkan oleh gas etilen yang dibantu oleh enzim ACC-Oksidase. Ketika enzim tersebut bertemu dengan oksigen, maka semakin cepat reaksi pematangannya.

"Oleh karena itu, disini kita menggunakan gas argon untuk menghambat oksigen dalam proses pematangan tersebut," jelas Fitria.

Alat yang diinovasikan tim ini, dikatakannya berbentuk seperti sebuah kotak dimana buah yang akan diteliti diletakan di bagian dalamnya. Sementara gas argon akan menginjeksi buah tersebut secara otomatis setiap beberapa menit di dalam kotak.

"Sistem injeksi otomatis ini sangat memudahkan, karena kita tidak perlu menunggu lama secara  manual," ujar mahasiswi angkatan 2012 tersebut.

Perempuan asal Kediri ini menjelaskan terdapat teknik perlakuan yang berbeda  terhadap gas argon untuk setiap jenis buah. Hal itu diperolehnya setelah melakukan penelitian terhadap beberapa buah seperti pisang, cabai, dan belimbing, "Dan ternyata setiap buah harus diinjeksi dengan kadar gas argon yang berbeda," terangnya.

Sementara kendala yang dihadapi pihaknya umumnya terjadi lantaran proses injeksi memiliki probalitas kegagalan fluktuatif. Terutama ketika bagian dalam kotak tidak  dalam keadaan vakum dan terdapat zat pengotor.

"Karena itu, kami mengantisipasinya dengan menggunakan silica gel untuk mengikat udara di dalam kotak," tambahnya.

Ia melanjutkan ragam inovasi dalam rangka pengembangan alat akan terus dilakukan. Terlebih, menurutnya, tim ini membutuhkan para ahli di berbagai bidang seperti Teknik Mesin dan Teknik Elektro untuk membuat purwa rupa dalam skala besar. "Kita ilmuwan jadi hanya bisa menginisiasi dan meneliti dalam skala laboratorium," ungkapnya.

Di akhir, Fitria berharap akan ada banyak genereasi-generasi  di Indonesia yang akan berprestasi untuk negeri ini dengan melakukan hal senada. "Semoga apa yang dilakukan bisa berguna untuk Indonesia, terutama di pedesaan," tuturnya. (fai/man)

Berita Terkait