ITS News

Sabtu, 20 Desember 2025
30 November 2015, 20:11

Kerja di Perusahaan Manufaktur, Ini Rahasianya

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Beliau adalah Djoko Santoso ST MM, CEO LSS-Indoacademy.com yang menjadi pembicara pada kuliah tamu di Jurusan Teknik Mesin ruang D-303. Pada kuliah tamu tersebut, beliau ingin memberi masukan kepada para mahasiswa agar memperluas pengetahuannya lebih banyak lagi.

Artikel BMGI 2015 langsung diperlihatkan oleh Joko. Artikel itu berisi tentang sepuluh masalah utama sebuah bisnis yang didapatkan dari CEO perusahaan besar. “Sepuluh masalah ini adalah alasan mengapa perusahaan ingin merekrut anda untuk bekerja di sana,” ungkap alumni Jurusan Teknik Mesin angkatan 1994 ini. Sepuluh masalah itu adalah ketidaktentuan, globalisasi, inovasi, regulasi, teknologi, variasi, complexity, information overload, supply chain, dan strategi. 
Saat ini, sebuah perusahaan tidak cukup dengan hanya menjadi baik. Untuk menjadi hebat dibutuhkan Continous Improvement dalam perusahaan. “Perusahaan butuh mempekerjakan orang untuk melakukan Continous Improvement dan sekarang hampir di semua perusahaan besar menggunakannya,” paparnya serius.
Ketika nanti menjalani tes wawancara kerja di perusahaan manufaktur, Joko menyuruh para peserta mengatakan bahwa mereka telah mempelajari Continous Improvement. “Hal ini akan menjadi poin plus bagi anda,” ungka pria yang sebelumnya bekerja di PT. Philips Indonesia.
Sementara itu, alasan perusahaan menerapkan Continous Improvement sendiri agar perusahaan menciptakan halangan bagi perusahaan lain untuk masuk ke ranah pasarnya. Driver dari penerapan Continous Improvement sendiri ada lima, yaitu PDCA/Kaizen, Lean Methodology, Lean Six Sigma, Project Management, dan Design For Six Sigma.
Pada kuliah tamu ini hanya dijelaskan sekelumit mengenai PDCA, Lean Methodology, dan Lean Six Sigma. Setiap driver ini memiliki kegunaan masing-masing. PDCA fungsinya untuk meningkatkan operasional perusahaan secara terus-menerus. Hal ini dikarenakan siklus PDCA yang selalu memperbaiki operasional perusahaan.
Lalu Lean Methodology sendiri memiliki fungsi untuk mengeleminasi ‘sampah’ perusahaan manufaktur. Sampah di sini memiliki artian sebagai pemborosan pada TIMWOOD, yaitu istilah bahasa inggris yang merupakan singkatan dari Transportation, Inventory, Motion, Waiting, Over-processing, Over-production, dan Defect. 
Jika dalam Lean Six Sigma, dikhususkan untuk mereduksi variasi kinerja perusahaan. Hal ini terkait dengan efisiensi perusahaan yang mampu memproduksi tanpa adanya resiko. “Lean Six Sigma ini banyak digunakan di perusahaan penerbangan, karena pesawat dituntut untuk memberikan tingkat keselamatan yang tinggi,” ucap pria asli Surabaya ini.
Saat ini seorang direktur perusahaan sudah banyak yang dituntut memiliki sertifikasi Black Belt. Joko pun mengungkapkan pengalamannya ketika difasilitasi pelatihan Continous Improvement oleh perusahaan Belanda. “Ilmu ini harganya mahal, perusahaan membiayai saya sebesar Rp250 juta hanya untuk mempelajari hal ini,” pungkasnya. (yan)

Berita Terkait