Kultam yang digelar di kelas 308 tersebut turut mengundang Choirina Adhaditya ST, selaku profesional kerja dalam bidang fashion umbre. Ia lantas memperkenalkan apabila teknik umbre ini berbeda dengan dua teknik sebelumnya. Yaitu jika teknik membatik identik dengan cara menyanting serta teknik tie dye dengan cara ikatnya itu, maka umbre ini lebih sederhana lagi. "Caranya hanya dengan mencelupkan kain putihnya itu ke dalam panci yang berisi air mendidih dan berisi warna tertentu," kata perempuan yang akrab disapa Irna ini.
Sebelum masuk lebih jauh, Irna memperkenalkan dulu beberapa alat dan bahan yang harus dilengkapi untuk melakukan teknik pewarnaan umbre. Untuk alatnya sendiri diantaranya ada panci, kompor, sarung tangan, sumpit atau penjepit sendok serta mangkuk kecil. Sedangkan untuk bahannya ada kain polos (kanvas, belacu, linen), pewarna (dylon atau iretsu) dan garam.
Pertama, rebus air di dalam panci sampai terlihat mendidih. Kemudian masukkan sedikit pewarna yang telah diaduk dengan air di mangkuk kecil tadi ke dalam panci. Lalu kain yang sudah disiapkan ukurannya lantas dicelupkan sebagaian (yang ingin diwarna saja) ke dalam panci. Apabila warna sudah dirasa mencampur dengan kain maka kain diangkat. "Kemudian panci ditambah lagi warnanya biar lebih pekat dan kainnya dimasukkan lagi, begitu seterusnya hingga membentuk warna gradasi gelap ke terang dan sebaliknya," jelas alumni Despro ini.
Ia pun berpesan bahwa teknik fashion umbre ini memang menarik dan bisa dilakukan dengan having fun. Artinya, warna yang dibuat gradasi tidak hanya dari satu warna yang dari gelap ke terang saja, melainkan bisa lintas warna asalkan masih ada hubungan lintas warnanya. Misalkan, dari warna biru ke tosca, oranye ke merah, merah ke ungu dan sebagainya. "Poin kesabaranya disitu, ketika ingin punya warna yang bagus maka harus telaten mencampur dan memasukkan kain ke pancinya dengan fokus dan tenang," ungkap perempuan asli Surabaya ini.
Sementara itu, Lea Kristina Anggraeni ST MDs selaku dosen pengampu Matkul Desain Nusantara mengaku sangat mendukung dengan adanya kultam ini. Menurutnya matkul yang mempelajari tentang keanekaragaman seni dan karya nusantara Indonesia ini mengharuskan mahasiswa untuk mengetahui beberapa teknik pewarnaan kain. "Sebelumnya sudah ada teknik batik dan tie dye, kali ini mumpung ada praktisi dari fashion umbre ya kita undang ke jurusan," ungkapnya.
Lebih jauh, ia pun sangat senang mahasiswanya bisa mengetahui teknik pewarnaan umbre. Apalagi yang mementori adalah dari praktisi aslinya. Dari situ, ia pun berharap supaya mahasiswa yang telah mengambil matkul ini dapat terbuka wawasannya dan bisa mengaplikasikan salah satu teknik pewarnaan ini. "Mungkin ada yang mau membuka usaha batik dan umbre bisa dipakai sebagai referensinya," pungkasnya. (*/akh).