Pada sesi awal, Kresnayana membahas tentang pentingnya memiliki ilmu technopreneurship bagi mahasiswa, khusunya ITS. Sebab menurutnya, ilmu tersebut mengajarkan mereka (mahasiswa,red) tentang cara berpikir yang baru. ”Yakni bagaimana cara mengolah kreatifitas kita dalam menciptakan gagasan yang memiliki nilai komersial dan sosial,” Ujar pria yang masih sesekali aktif mengisi dialog interaktif di berbagai media massa seperti radio Suara Surabaya dan JTV ini.
Tak hanya itu, lanjut Kresnayana, tingkat konsumsi masyarakat di Indonesia saat ini sudah mencapai angka 16 hingga 20 triliun rupiah pada setiap harinya. Namun sayang 30 persen diantaranya merupakan barang hasil impor yang mayoritas bahan bakunya berasal dari Indonesia. ”Laut kita juga masih dikuasai oleh orang lain. Lobster di Kanada maupun Prancis, bibitnya itu berasal dari Indonesia,” ucapnya menggebu-gebu.
Lebih dari itu, dosen Jurusan Statistika ini juga menyayangkan minimnya minat mahasiswa ITS dalam berbisnis. Dari 20.000 mahasiswa ITS, tidak begitu banyak bisnis yang tumbuh di kalangan mahasiswa. Sehingga ia menilai perlu adanya perubahan mindset di kalangan mahasiswa tentang bisnis. ”Coba kalian buka kios-kios di dalam lingkungan kampu” ujar Kresnayana kepada peserta.
Terakhir, ia menargetkan kepada mahasiswa bahwa sebanyak 30 sampai 40 persen dari lulusan ITS harus bisa menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. ”Jangan hanya sebagai pencari kerja, ciptakan pegawai. Mulai semester empat, bangun gagasan dan jadilah job creator,” tegas Pria yang meraih gelar master di University of Wisconsin, Amerika Serikat ini.
Lain Kresnayana, lain lagi dengan Rasyid. Menurut pria asal pekalongan itu, persaingan bisnis pada masa MEA justru akan semakin sulit. Sebab pebisnis tak lagi bersaing dengan pebisnis lokal lainnya, melainkan dengan pebisnis dari negara asing dalam lingkup Asia Tenggara.
Mengatasi hal itu, Rasyid mengajarkan mereka untuk berbisnis dan menjalin kolaborasi dengan pebisnis lainnya. ”Memiliki bisnis yang kompetitif tak harus mematikan bisnis lain, tetapi dapat menggandengkannya bersama-sama maju ke level yang lebih tinggi,” tutur pria yang telah membantu kehidupan ratusan ribu pelapak lainnya ini.
Manfaatkan Internet!
Tak dapat dipungkiri bahwa kecangihan teknologi internet kini telah menyentuh dalam berbagai aspek kehidupan, tak terkecuali bisnis. Menurut Rasyid, dua tantangan yang sering dihadapi oleh pemula bisnis adalah modal dan distribusi. Banyak pemula yang mnyerah saat berhadapan dengan keduanya. ”Namun untungnya hal itu bisa teratasi berkat adanya internet. Manfaatkan internet,” jelasnya.
Rasyid juga menceritakan, bisnis online yang saat ini digeluti olehnya berawal dari internet. Bahkan bisa dibilang usaha situs jual beli online Bukalapak itu nyaris tanpa modal berkat internet. ”Internet sangat membuka peluang bisnis bagi pemula. Jangan sampai lahan usaha kita direbut oleh orang asing,” tutup alumnus Teknik Informatika ITB tersebut.(n11/ven/ao)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung
Kampus ITS, ITS News — Guna meneguhkan komitmen sebagai World Class University (WCU), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menyiapkan