ITS News

Jumat, 19 Desember 2025
29 Oktober 2015, 00:10

Bedah Buku, Ajak Berlaku Jujur dan Nasionalis

Oleh : Dadang ITS | | Source : -
Ketiga pembicara yang diundang itu yakni Nurjannah Intan, seorang editor nonfiksi dari penerbit Bentang, Audrey Yu Jia Hui, penulis buku Mencari Sila Kelima, dan Andri Rizki Putra, penulis buku Orang Jujur Tidak Sekolah yang juga seorang pemenang penghargaan Kick Andy Young Heroes 2015. 
Dalam acara yang berlangsung dua jam tersebut, para pembicara memberikan banyak motivasi dan prinsip hidup yang harus dimiliki oleh seorang mahasiswa terutama terkait kejujuran serta rasa cinta tanah air. Misalkan, Natalie sebagai wakil Audrey yang siang itu berhalangan hadir mengatakan jika seorang mahasiswa itu tidak memiliki passion pada suatu hal yang dikerjakan. "Maka memotivasi diri dengan melakukan hal tersebut untuk Indonesia adalah kunci penyemangatnya," katanya. 
Pembicara selanjutnya, Nurjannah selaku editor Audrey turut menjelaskan tentang pribadi Audrey yang begitu nasionalis meski seorang keturunan Tionghoa. "Melalui buku-bukunya, ia ingin menunjukkan bahwa perbedaan sejatinya adalah sesuatu yang indah", tambah wanita berkerudung itu.
Sedangkan, dari Andri Rizki Putra, ia turut menceritakan pengalaman hidupnya yang bisa dibilang sangat aneh kepada peserta. Pengalaman itu adalah ketika dirinya memutuskan berhenti sekolah hanya karena tidak setuju dengan praktik curang yang diterapkan saat pelaksanaan ujian nasional. 
Melihat hal itu, ia lantas ingin membentuk sebuah wadah kepedulian terhadap dunia pendidikan. Dan pada 2012 silam ia pun secara resmi bisa mendirikan Yayasan Pemimpin Anak Bangsa (YPAB), sebuah yayasan yang berhasil mencetak generasi muda yang dulunya pemulung, anak jalanan, pembantu rumah tangga, menjadi kaum terpelajar yang bermanfaat bagi kemajuan bangsa. 
Rizki yang merupakan lulusan terbaik Fakultas Hukum Universitas Indonesia ini menambahkan bahwa YPAB yang digawanginya pada awalnya tidak berjalan mulus. "Ketua RT setempat bahkan menganjurkan kami untuk bubar karena usaha-usaha seperti ini biasanya langsung gulung tikar," ucapnya. 
Namun dengan komitmen yang kuat, yayasan yang awalnya hanya memiliki 2 orang murid tersebut kini telah berkembang dan memiliki 225 pelajar serta 124 pengajar sukarela yang berpendidikan minimal sarjana. 
Lebih jauh, ketika sesi saling berkomentar terhadap buku yang diterbitkan masing-masing pembicara, Nurjannah lantas menyinggung judul buku Rizki yang terdengar kontroversi itu. Menurutnya judul tersebut memang ditujukan untuk menggambarkan dunia pendidikan Indonesia saat ini. "Bukan menghimbau anak muda untuk tidak sekolah", tandasnya. 
Judul tersebut adalah bentuk slogan sekaligus sindiran dari sosok Rizki yang mengalami diskriminasi dan gunjingan dari teman bahkan guru-gurunya saat sekolah. Slogan motto jujurnya yang kuat adalah awal mulanya. "Segala sesuatu yang dimulai dengan niat baik dan dilakukan dengan cara yang baik pasti menghasilkan sesuatu yang baik". pungkas Rizki. (n20/akh)

Berita Terkait