ITS News

Jumat, 19 Desember 2025
18 Oktober 2015, 20:10

Tantangan Besar di Balik Kelembutan Perempuan

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Seminar ini dihelat oleh Forum Perempuan (FP), salah satu forum retasan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) ITS yang khusus mengurus perkara perempuan. Tak tanggung-tanggung, FP ITS pun sengaja mendatangkan empat pembicara sekaligus. Mereka adalah Nur Saudah Al Arifa, penggagas Forum Indonesia Muda (FIM) 10 Bloes, Alifta Kartiko, Founder Srikandi Project Surabaya, Awal Muhammad Rezki, dan Sri Fatmawati, dosen Jurusan Kimia,

"Zaman sekarang, seorang ibu harus menghadapi tantangan yang luar biasa dari berbagai sisi. Entah itu dari sekolah anaknya, lingkungan, internet, dan lain sebagainya," ujar Fatma ketika ditanya peran seorang perempuan dalam mengurus anak. Tak heran jika Fatma beranggapan bahwa seorang Ibu haruslah cerdas dan selalu mengikuti perkembangan zaman demi kelancaran perkembangan anak.
Hal tersebut juga mendapat dukungan dari Awal. Baginya, menjadi seorang ibu merupakan sebuah profesi. "Mereka dituntut untuk memiliki keterampilan dan harus menjadi profesional," tutur Awal, mantan Menteri Riset dan Teknologi BEM ITS.
Ia menambahkan, perempuan haruslah membuka cakrawala berpikir karena mereka harus melihat suatu hal dari satu hingga dua sudut pandang. "Janganlah habiskan waktumu (perempuan) dengan memikirkan hal yang tidak penting. Saatnya membangun peradaban yang madani," tegas Awal.
Adapun Alifta yang berpendapat bahwa seorang perempuan haruslah kuat menghadapi berbagai persolan. "Terkadang seorang perempuan sok lemah di hadapan pasangannya, disakiti terima saja, dipukul tak bertindak, dikerasi juga diam saja. Mereka seharusnya tegas dan cerdas memilih pilihan hidup," ujar Alifta.
Alifta melanjutkan, kedudukan seorang perempuan dan laki-laki dalam hak asasi manusia adalah sama. Hal tersebut tercermin dalam tata cara menjalin suatu hubungan di mana keduanya saling melengkapi. "Seorang perempuan merupakan pemberi kasih sayang kepada laki-laki, begitu juga sebaliknya. Tugas seorang laki-laki adalah pemberi perlindungan bagi perempuan," tukasnya.
Di samping itu, pemerataan kedudukan dalam HAM disampaikan oleh Saudah. Dalam seminar ini, ia bahkan menceritakan pengalamannya dalam menginisiasi orang-orang di kampung halamannya untuk terus bersekolah dan melanjutkan pendidikan hingga ke perguruan tinggi.

Ia bercerita, awalnya tidak ada yang mau melanjutkan sekolah hingga ke perguruan tinggi kecuali dirinya. "Saat itu saya terus-menerus mempengaruhi para orang tua di kampung saya untuk menyekolahkan anaknya hingga ke perguruan tinggi. Sekarang sudah banyak anak di kampung saya yang mau melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi," pungkasnya seraya tersenyum. (oti/pus)

Berita Terkait