ITS News

Jumat, 19 Desember 2025
09 Oktober 2015, 13:10

Mari Sembuhkan Industri Rotan Yang Sakit

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Waluyo Hadi SSn menjelaskan kegiatan ini terbagi menjadi dua waktu, yaitu siang dan malam. "Siang hari kami gunakan untuk membuat desain, model dengan skala, dan mock-up berskala satu banding satu," ujar dosen Despro ITS ini. Sedangkan untuk kegiatan malam hari, lanjutnya, akan diisi dengan  seminar yang mendatangkan berbagai pakar rotan.

Dikatakannya, semua desain hasil workshop rencananya akan dibawa oleh PIRNAS ke kota Palu, kantor pusat PIRNAS. Terdapat pula beberapa desain yang akan dibawa ke Jerman oleh Prof Jan Armgardt dan Prof Auwi Stuebbe, reviewer workshop ini yang juga anggota Furniture Designer dari Innovation Center Jerman. Bahkan, beberapa lagi akan dibawa dalam ajang Indonesia International Furniture Expo (IFEX) tahun 2016.

Johny Cahya, fasilitator workshop juga angkat bicara menyoal terpuruknya industri rotan di Indonesia. "Anjloknya industri rotan lantaran krisis yang terjadi di tanah air sudah pernah ada pada tahun 2008 dimana Indonesia mengalami inflasi yang tinggi," ujar Direktur Utama CV Cahaya Sejati ini. Ditambah lagi, menurutnya, peraturan pemerintah yang melarang ekspor rotan telah membuat iklim usaha semakin lesu.

Ia mengakui memang tujuan pemerintah melarang eksport itu baik, yaitu ingin menggencarkan desain-desain Indonesia dalam industri rotan, namun, kenyataan berkata sebaliknya. Sebagai pelaku industri rotan di tanah air, dirinya berharap dibukanya kembali keran perijinan ekspor bahan baku rotan dengan syarat meninggikan harga ekspor sehingga industri rotan tanah air dan internasional bisa bersaing dengan imbang. (oti/man)

Berita Terkait