Begitulah kira-kira narasi yang disampaikan Dennys Al’Fath ketika memulai presentasinya dihadapan para dewan juri. Kemudian, presentasinya ia lanjutkan dengan keunggulan dan keunikan sepeda ramah lingkungan penghasil energi itu.
Sepeda merah kilat yang dinamai Electric Eco Bike (E2-Bike) itu adalah karya buatan lima mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mereka ialah Dennys Al’Fath, I Made Agus Adi Wirawan, Ivan Taufik Akbar Pradhana, Naufal Nugrahandhita, dan Ni Putu Rika Puspita Dewi. Kelima mahasiswa ini berhasil mendapatkan dana penelitian sebanyak Rp 9 juta lebih dari Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti).
Diterangkan Dennys, keinginan menciptakan sepeda ini dilatarbelakangi oleh kebutuhan energi listrik yang meningkat akhir-akhir ini. Kebutuhan energi listrik terbesar saat ini adalah untuk melakukan pengisian ulang (charging) pada baterai handphone. Selain itu peningkatan kebutuhan energi listrik ini juga tidak diikuti dengan bertambahnya jenis alternatif energi terbarukan yang dapat digunakan untuk mengurangi penggunaan listrik dari Pembangkit Listrik Negara (PLN).
Pada komponen E2-Bike, Dennys dan teman temannya menggunakan gerakan dinamo pada sepeda kayuh yang kemudian dapat dirangkaikan dengan beberapa komponen lainnya. Sedangkan untuk mengasilkan tenaga listrik, mereka menempatkan beberapa keping sepeda pada velg roda sepeda. Kemudian dibalik penutup roda, mereka menyelipkan kumpara di sisi kanan dan kiri roda. "Dengan konsep tersebut, ketika roda berputar, kumparan akan terinduksi energi magnet dan akan menghasilkan listrik," terang Dennys pada juri.
Arus listrik yang dihasilkan kumparan tersebut kemudian disimpan pada baterai yang mereka pasang pada badan sepeda. Menurut Dennys, agar mampu menghasilkan listrik, pengguna harus mengendarai sepeda hingga roda berputar dengan kecepatan minimal 92 rpm. Nilai ini setara dengan kecepatan sepeda 11 km perjam.
Sedangkan rata rata kecepatan orang berkendara sepeda adalah 14 km perjam. Hal ini membuktikan bahwa untuk menghasilkan baterai yang cukup untuk mengisi Handphone, pengendara dapat bersepeda dengan santai. "Pengendara tidak perlu ngebut hanya untuk mengisi baterai handphone," tuturnya menjawab pertanyaan dewan juri.
Ia juga menambahkan, sistem pengisian baterai yang mereka ciptakan telah menggunakan sistem saving energy dengan tegangan output berkisar antara 4,7-5,1 Volt. Sementara itu, pengisian smartphone saat ini rata rata menggunakan tegangan 5.0 Volt. "Sehingga sistem ini tidak akan merusak handphone para penggunanya," ucapnya.
Di akhir presentasi, Dennys mengajak peserta menghemat pemakaian energi serta menghasilkan sumber energi alternatif. "Mari menggunakan energi secara bijak, E-2 Bike adalah solusinya," ujarnya menutup presentasinya. (ven/mis)
Kampus ITS, ITS News – Transparansi informasi merupakan hal yang krusial dalam keberlanjutan sebuah institusi. Berangkat dari inisiasi tersebut,
Surabaya, ITS News – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) memperkuat perannya dalam mendorong pendidikan berkelanjutan melalui audiensi bersama Dinas
Kampus ITS, ITS News — Apresiasi mahasiswa yang aktif berorganisasi, Lembaga Pengelola Dana Abadi (LPDA) Institut Teknologi Sepuluh
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bersama Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) secara resmi