ITS News

Jumat, 19 Desember 2025
04 Oktober 2015, 05:10

NST Kupas Tuntas Internet of Things

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Tiyo Avianto, Direktur Utama PT Eyro Digital Teknologi, mengartikan IoT sebagai interaksi dari sebuah perangkat keras yang kemudian diubah menjadi bentuk digital melalui internet. Perkembangan IoT pun tak lepas dari kebutuhan manusia saat ini. "Menurut survei, jumlah alat yang terhubung dengan internet adalah tiga kali jumlah populasi dunia. Artinya, IoT berpeluang besar untuk berkembang," ungkap Tiyo.

Salah satu aplikasi IoT yang sedang gencar digarap perkembangannya ialah Smart City. Beberapa kota di Indonesia pun mulai menerapkannya, yakni Jakarta, Bandung dan Makassar. Menurut Tiyo, Smart City dapat diterapkan di segala aspek, mulai dari perencanaan dan manajemen, infrastruktur, hingga pelayanan masyarakat. "Contohnya ialah dalam pengaturan transportasi umum. IoT memungkinkan masyarakat untuk memeriksa jadwal dan memesan tiket kendaraan hanya dengan telepon genggamnya," jelas lulusan Jurusan Teknik Informatika ITS tersebut.

Meski begitu, diakui Tiyo, IoT tak lepas dari risiko keamanan sistem. Hal ini pun menjadi salah satu fokus utama dalam pengembangan IoT. "Selain menambah beberapa fitur keamanan dan mengintegrasikan seluruh sistem, penyesuaian peraturan pemerintah juga dapat mendukung keamanan sistem IoT," ujar Tiyo.

Pada sesi lain, adalah Firstman Marpaung dan Narendra Wicaksono yang berkesempatan menyampaikan materi. Firstman yang berkecimpung di Software and Service Group Intel Corporation ini menjelaskan bagaimana perusahaannya mengembangkan IoT. "Otak kita sebenarnya mirip dengan processor. Sehingga, kami sedang mengembangkan alat agar memiliki mata, telinga, suara, dan emosi seperti halnya manusia," ungkapnya.

Misi yang diangkat ialah mewujudkan alat yang natural, dengan menggunakan indera manusia dan alat untuk berinteraksi. Selanjutnya ialah intuitive dan immerssive, yakni alat yang mudah digunakan dan dipahami oleh manusia, serta menghilangkan sekat antara manusia dan mesin. "Konsep teknologi yang seperti ini yang akan dibutuhkan di 2018 mendatang," tuturnya yakin.

Lain halnya dengan Narendra Wicaksono, co-founder Dicoding Indonesia. Selain menjelaskan peluang produk IoT di Indonesia, ia juga membagikan tiga hal penting untuk menjaga keberlangsungan sebuah start-up business, khususnya di bidang IoT. Pertama adalah menciptakan produk, baik perangkat keras maupun lunak, yang memiliki nilai tambah dan berbeda dengan yang lain. Membangun branding pun diakui Narendra menjadi hal penting selanjutnya. "Terakhir adalah melakukan analisis, apakah produk kita benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat? Jika tidak, maka inovasi wajib dilakukan," tandasnya.

Sementara itu, Ridho Perdana, ketua pelaksana, mengaku bahwa acara tahunan ini diselenggarakan setelah melihat besarnya kebutuhan IoT di era modern seperti sekarang. Menurutnya, hal ini dapat memberi peluang besar kepada mahasiswa untuk turut menciptakan teknologi berbasis IoT. "Karena mayoritas peserta adalah mahasiswa yang menggeluti Information and Technology (IT), kami berharap mereka bisa mengambil ilmu sebanyak-banyaknya untuk diterapkan," ujarnya. (ayi/man)

Berita Terkait