ITS News

Jumat, 19 Desember 2025
08 September 2015, 20:09

Iklim Berubah, Bagaimana Sikap Kita?

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Seminar yang berlangsung sehari ini merupakan bagian dari Pesta Sains 2015 yang diselenggarakan oleh Institut Francais Indonesia (IFI) dan bekerjasama dengan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Tema Iklim Berubah, dan Kita? ini diangkat untuk memberikan pemahaman kepada generasi muda mengenai permasalahan perubahan iklim yang tengah dihadapi masyarakat dunia, serta bagaimana adaptasi dan mitigasi yang bisa dilakukan.

Total terdapat tujuh keynote speaker yang berbicara dalam seminar ini. Prof Ir Joni Hermana, MscEs PhD, Rektor ITS yang menjadi pembicara perdana mengemukakan mengenai pengaruh aktivitas lingkungan terhadap perubahan iklim di Kota Surabaya. Menariknya, berdasarkan penelitian yang ia dan tim lakukan selama 13 tahun, ternyata tidak ada korelasi langsung antara aktivitas manusia dengan peningkatan suhu bumi.

Aktivitas yang dimaksud Joni meliputi penggunaan energi, kendaraan dan aktivitas pertanian. Sehingga hal ini menunjukkan bahwa peningkatan suhu di permukaan bumi memang disebabkan karena perubahan iklim yang bersifat global, meskipun tidak menutup kemungkinan secara tidak langsung, aktivitas manusia juga turut berkontribusi.

Bahkan United Nations Environment Programme (UNEP) menempatkan Indonesia sebagai negara yang paling rentan terhadap perubahan iklim di Asia. Sedangkan Kota Surabaya berada di urutan ketiga di tanah air. ”Kerentanan itu meliputi kemungkinan terjadinya bencana, sensitifitas penduduk terhadap climate change, dan sejauh mana kesiapan kita menghadapi itu,” tegas guru besar yang pakar di bidang pencemaran udara dan perubahan iklim itu.

Oleh karena itu menurut Prof Dr Edvin Aldrian, BEng MSc, Direktur Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), meningkatnya suhu permukaan bumi tersebut membutuhkan proses adaptasi dan mitigasi yang harus dilakukan manusia agar dapat bertahan hidup. Di antara adaptasi yang dapat dilakukan adalah menekan laju emisi gas rumah kaca dan penghematan terhadap penggunaan energi listrik.

”Kami mengamati bahwa setelah Hari raya Nyepi di Bali, di mana tidak ada aktivitas yang menggunakan energi listrik, mampu mengurangi emisi karbon dioksida sebesar 30 persen. Ini sangat luar biasa,” serunya. Di samping itu penelitian untuk meminimalisasi dampak perubahan iklim juga harus terus dilakukan sebagai manifestasi dari climate change mitigation.

Selain kedua pembicara di atas, lima pembicara lainnya juga dihadirkan untuk memberikan pemahaman perubahan iklim dari berbagai perspektif keilmuan, mulai dari keilmuan Teknik Elektro, Teknologi Informasi dan Komunikasi, Teknik Sipil, Arsitektur, Teknologi Kelautan, dan Pertanian. Mereka adalah Refi Kunaefi, ST MSc, Dr Ir Ria Asih Aryani Soemitro, MEng, Dr Ir Wirawan, DEA, Dr Ir Murni Rachmawati, serta Dr Ir Gunawan Nugroho, ST MT. (mis/akh)

Berita Terkait