Pembelajaran menyoal cara desain arsitektur profesional secara tak langsung didapatkan dalam kegiatan ini. Kompetisi yang diikuti oleh 77 peserta dari 25 Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia ini diseleksi dalam berbagai tahap dan meloloskan tujuh nominator. Ketujuhnya pun didapuk untuk mempresentasikan hasil karyanya di hadapan dua juri arsitek profesional dan satu juri akademisi yang merupakan dosen di beberapa universitas terkemuka dunia.
Namun, hal ini ditekankan oleh Dr Arina Hayati ST MT bahwa tujuan utamanya bukanlah berkompetisi secara personal. "Kita tahu bahwa karya terbesar mahasiswa adalah pada Tugas Akhirnya, maka disini kita manfaatkan sebagai benchmark seluruh PTN di Indonesia,” aku ketua panitia ini. Tujuan utama, lanjutnya, adalah agar kita satu sama lain memahami pendidikan arsitektur di berbagai PTN itu seperti apa.
Walaupun di akhir akan diketahui siapa yang akan menang dan kalah, tetapi orientasi KTA ini bukanlah kompetisi para mahasiswa arsitektur. Sehingga, penilaian umum yang dilakukan hanyalah ide dan konsep desain, estetika, dan presentasi. Komentar para juri pun semata membuka wawasan peserta melalui pengalaman belajar arsitektur dan seninya.
Seperti yang dilakukan salah satu juri, Kevin Mark Low. Menurut Arina, penggunaan bahasa internasional bukanlah termasuk penilaian dalam hal ini, sehingga peserta tidak terbebani dalam kompetisi semi internasional ini. Dikatakannya, Kevin sendiri hanya menantang peserta dengan komentarnya dalam bahasa asing yang membangun dan mengubah mindset peserta.
Ia menambahkan seperti yang diceritakan Kevin tentang pengalaman pendidikannya di MIT hingga menjadi dosen di MIT pula, bahwa membangun sesuatu itu bukanlah mencari solusi, tapi buatlah pertanyaannya. ”Berikan isunya, kasih klunya, itupun yang diterapkan di ITS dalam kurikulum baru kita,” terangnya menirukan apa yang dikatakan Kevin. Menurutnya kembali mencatut pesan sang juri, berikan soal dalam bentuk klu, sehingga dengan kreativitas dan jalan pikir yang berbeda, mahasiswa masing-masing punya cara unik dalam menjawabnya.
Lebih lanjut, dengan membuat solusi, maka kita akan menggambarkan suatu fungsi itu penting, tetapi secara keseluruhan keinginan klien pastilah tidak sedikit. Karena itu, sambungnya, dengan isu dan klu tersebut, seorang arsitek akan terbiasa menghadapi keinginan-keinginan tersebut. "Secara tidak langsung, peserta diajarkan metode desain yang sangat bagus. Menyadarkan kepada kita untuk tidak selalu bangga dengan sesuatu hal yang besar,” jelasnya.
Di akhir, ia juga sepakat bahwa ada hal-hal sepele yang akan menunjang dan justru lebih penting kerap tidak kita (arsitek, erd) perhatikan. ”Begitulah yang diajarkan Kevin Low kepada kita sangat logic dan mudah dipahami," ungkapnya. (riz/man)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung
Kampus ITS, ITS News — Guna meneguhkan komitmen sebagai World Class University (WCU), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menyiapkan