Sesuai Surat Keterangan (SK) Nomor 660/3675/436.7.2/2015 mengenai penetapan peringkat nilai hasil penjurian Eco Campus 2015, JTS memeroleh poin 87. Hanya berada setingkat di bawah Universitas Negeri Surabaya (Unesa) yang meraih peringkat pertama. Sedangkan di posisi ketiga, diisi oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga.

Secara umum, penghargaan untuk skala kota sudah banyak dikenal yakni Piala Adiwiyata. Bahkan pada sekolah jenjang SD, SMP, SMA sekalipun sudah ada pula kontes yang sudah umum dikenal. "Nah, untuk skala perguruan tinggi dulu belum ada, makanya kita bikin Eco Campus ini, jadi indikatornya tidak hanya sekedar hijau saja," ujar Ir Musdiq Ali Suhudi MT, Ketua Komite Peduli Lingungan Hidup (KPLH) BLH Kota Surabaya.

Tujuan lain dari terus digelarnya Eco Campus ini tidak lain adalah untuk terus mendorong perguruan tinggi, berikut sivitasnya, agar peka terhadap isu lingkungan. Terlebih, BLH Kota Surabaya sendiri, lanjut Musdiq, sudah menjalin kerjasama yang baik dengan PT di kota ini. "Tugas kita hanya menggandeng, tiap tingkatan pendidikan dari lapisan paling bawah hingga paling tinggi. Yang ingin kita pacu terus adalah kontribusinya," terangnya.

Keberhasilan JTS meraih posisi juara di ajang ini dinilai wajar. Dengan berbagai inovasi yang telah dilakukan, akan ada banyak dampak positif yang bisa dituai. "JTS itu salah satu jurusan yang menentukan proses pembentukan kota sebab mereka dibekali ilmu-ilmu berwawasan lingkungan juga, baik untuk pencahayaan, konstruksi, sirkulasi, dll," paparnya. Sehingga, Musdiq berharap, apa yang telah diperoleh sekarang bisa terus dikembangkan di masa mendatang.

Walau sudah tidak bisa ikut serta kembali pada ajang Eco Campus mendatang, JTS diakui Budi Suswanto ST MT PhD, akan terus melakukan terobosan yang berwawasan lingkungan. "Memang pertamanya agak sulit karena biaya yang relatif mahal. Namun positifnya, itu berlaku untuk jangka waktu yang panjang dan ramah lingkungan," aku Ketua JTS ITS ini.(owi/man)