Dengan menggunakan kursi rodanya, Handry dibantu menaiki penggung berkarpet biru. Di atas panggung itulah ia berceramah kepada ribuan orang. Pria kelahiran 13 Juni 1969 silam ini memulai ceramah dengan kisah pengalaman ayahnya yang menurutnya selalu mampu memotivasi.
Ayah Handry berasal dari keluarga yang kurang mampu di daerah Riau. Meski demikian, ayahnya berani bermimpi untuk memperoleh pendidikan. Namun, mimpi tersebut sirna ketika terjadi kebakaran yang menghaguskan gedung sekolah tempat ayahnya belajar. "Kala itu, gedung sekolah itu tak kunjung diperbaiki," kenang Handry yang mulai bekerja di GE Indonesia sejak tahun 1997 ini.
Suatu ketika, ayahnya melihat sebuah gambar keluarga sedang menikmati makanan di sebuah restoran, ia pun mulai memimpikan hal yang sama. Ayahnya pun berjuang mencari uang untuk mewujudkan mimpi itu. Tak tanggung-tanggung, ia rela menjadi pembantu di rumah orang asing dengan tujuan mampu menguasai bahasa inggris. Kemampuan bahasa inggris sangat dibutuhkannya untuk melamar perusahaan minyak di Riau.
Sesuai dengan rencana, ayahnya mampu berbicara bahasa iggris dengan fasih setelah bekerja selama enam bulan. Kemudian, ia melamar pekerjaan di perusahaan minyak yang diimpikan dan ia diterima. "Ketika itulah ayah saya dapat menghasilkan uang dan membawa kami sekeluarga makan di sebuah restoran terkenal," akunya.
Dikatakan pria yang gemar membaca, mengoleksi lukisan tradisional Bali, dan travelling ini, bermimpi itu adalah sesederhana kisah yang dilalui ayahnya. Ia juga memulai karirnya dengan mimpi-mimpi sederhananya. Termasuk bermimpi menempuh pendidikan tinggi. Baginya, bermimpi menjadikannya lebih bersemangat melakukan pekerjaan. "Mimpi memberikan energi lebih untuk meraihnya," ungkap pria yang menjadi Abraham Lincoln sebagai inspiratornya ini.
Peraih dual degree MBA dari Monash University ini juga menyatakan prihatin dengan perkembangan anak muda Indonesia saat ini. Menurutnya, kebanyakan anak muda menghabiskan waktunya dengan hal hal yang tidak memiliki nilai guna. Bahkan, banyak anak muda yang menghabiskan waktunya untuk memantau media sosial. "Seandainya mereka menggunakan waktu mereka untuk berkarya, pasti lebih baik," terang Handry.
Melihat perkembangan bangsa, ia merasa Indonesia saat ini sangat membutuhkan sosok pemimpin yang berkualitas. Menurutnya, pemimpin yang berkualitas adalah sosok pemimpin yang dapat melahirkan pemimpin lainnya. "Karena saat ini, Indonesia sangat membutuhkan banyak pemimpin berkualitas untuk membangun bangsa, dan kelak pemimpin itu adalah kalian," jelas pria yang harus melanjutkan sisa hidupnya di atas kursi roda lantaran terkena kanker getah bening ini.
Ia pun mendorong mahasiswa baru ITS untuk terus bermimpi dan berjuang meraih mimpi itu. "Saya yakin, jika kalian mampu meraihnya, kalian mampu membangun negara ini," pungkas pria yang memiliki target menjadi Jack Welch, CEO GE ini. (ven/man)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan terhadap riset energi bersih, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung