Tim KRPAI yang menjadi lawan adalah Viva La Ganesha dari Institut Teknologi Bandung (ITB). Robot milik ITB tersebut melakukan kesalahan fatal saat beraksi di arena yakni menabrak kucing. Peraturannya, setiap tim yang melakukan hal tersebut maka otomatis robot miliknya pun diberhentikan.
Alhasil, 1-INA dinobatkan menjadi pemenang di pertandingan berdurasi tujuh menit ini. Padahal, ketidakmampuan 1-INA memadamkan api dapat berimbas pada gagalnya perwakilan tim KRPAI ITS tersebut menuju perdelapan final.
Kronologisnya, di menit pertama 1-INA bisa menunjukkan pergerakkan yang berprogres. Ia mampu berjalan tanpa harus menabrak furnitur ataupun melewati ranjau. Waktu berlalu, sekitar menit ke empat, 1-INA kembali terkendala untuk mematikan api sehingga tidak ada api yang berhasil dipadamkan.
Dijelaskan Rusyadi Wihardi, anggota tim KRPAI berkaki ITS, yang menjadi penyebabnya adalah karena ketidaktepatan sensor pandangan 1-INA. Robot sebenarnya telah dapat mendeteksi api di pojokan, namun di ruang tersebut juga terdapat furnitur besar yang menghambat gerak. "Robot juga tidak bisa maju lagi karena takut akan menabrak benda-benda di sana. Alhasil, tiupan robot tidak sampai memadamkan apinya," paparnya. (owi/sha)
Kampus ITS, ITS News – Transparansi informasi merupakan hal yang krusial dalam keberlanjutan sebuah institusi. Berangkat dari inisiasi tersebut,
Surabaya, ITS News – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) memperkuat perannya dalam mendorong pendidikan berkelanjutan melalui audiensi bersama Dinas
Kampus ITS, ITS News — Apresiasi mahasiswa yang aktif berorganisasi, Lembaga Pengelola Dana Abadi (LPDA) Institut Teknologi Sepuluh
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bersama Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) secara resmi