Dalam acara akbarnya yakni Indonesia Youngpreneur Summit (IYS), UKM ini mengenalkan tentang pentingnya dunia wirausaha. "Seminar ini kami kemas dalam sub acara bernama Indonesia Youngpreneur Business Laboratorium (IYBL)," terang Winata Arafatfal Aham, penanggung jawab acara. Menurutnya selama ini banyak orang membicarakan AEC tapi tidak mencari bagaimana cara yang aplikatif dalam menghadapinya.

"Acara ini dimaksudkan agar bisa memberi referensi bagi semua yang hadir dalam rangka menyongsong AEC," tambah laki-laki yang akrab di sapa winata itu. IYBL sendiri dibagi menjadi seminar dan workshop. "Untuk seminar sendiri kami berusaha memberi wawasan yang dalam mengenai nilai-nilai enterprenersip," terangnya. Sedangkan untuk workshop, para pesertanya diberikan teori yang aplikatif.

Pada seminar kali ini para peserta diberikan teori dasar terlebih dahulu. Yakni mengenai bagaimana para founder bisnis bisa mengintegrasikan ekonominya. Kemudian dijelaskan juga mengenai tantangan dalam hal mengintegrasikan ekonomi itu seperti apa.Tak berhenti sampai di situ, semua orang yang berkecimpung dalam kegiatan yang digelar pertama kali ini langsung dikasih study case mengenai tantangan global masa kini.

Gelaran yang bertempat di ruang auditorium pasca sarjana ITS ini pun menjelaskan mengenai analisis ilmiah tentang keadaan Indonesia 20 tahun kedepan. Dari sana para peserta diberikan pengetahuan tentang bonus demografi yang dimiliki oleh Indonesia. "Kejadian ini pun membuat McKinsey yakin bahwasanya Indonesia bisa menjadi negara yang mengalami kemajuan pesat dalam bidang ekonomi," jelasnya.

Dirinya berpesan kepada seluruh mahasiswa agar tetap optimis dengan datangnya AEC ini. Hal-hal berbau negatif justru akan membuat ide yang berpotensi baik malah tidak muncul ke permukaan. Karenanya berpikir positif tentang AEC ini perlu dimiliki oleh setiap mahasiswa, terutama bagi mereka yang memiliki niatan untuk berwirausaha. "Jangan sampai membuat stigma negatif dengan adanya AEC ini," pungkasnya. (hil/akh).