Terdapat tiga narasumber utama dalam kuliah ini yaitu Prof Dr Aminuddin Kasdi MS, Adrian Perkasa dan Chafidz Wahyudi. Ketiganya adalah dosen beberapa universitas ternama di Indonesia yang membahas sistem pendidikan yang diterapkan kerajaan Majapahit sehingga dinilai mampu membuat bangsa menjadi besar saat itu.
Aminuddin dalam paparannya mengatakan, sebenarnya sistem pendidikan doktoral sudah diterapkan di jaman Majapahit. Alasannya, karena saat itu sudah banyak masyarakat Majapahit yang belajar secara otodidak dan melakukan riset sendiri. "Kalau menemukan sesuatu yang baru, ya mereka naik pangkat," terang dosen Universitas Negeri Surabaya ini.
Bahkan, ia mengungkapkan istilah-istilah Jawa yang sering diterapkan di jaman Majapahit berkaitan dengan berbagai macam gelar pendidikan pada masa itu. "Semua informasi ini kami kumpulkan dari data-data prasasti," ujarnya.
Ia juga mengungkapkan, tak hanya sistem pendidikan Majapahit yang patut diteliti oleh kalangan mahasiswa, tetapi juga segi teknologinya. Hal ini lantaran ia menilai beberapa candi yang dibangun Kerajaan Majapahit memiliki posisi yang sangat strategis. "Posisi tersebut pasti mereka dapatkan dari sebuah perhitungan. Ini menjadi topik yang sangat menarik untuk dibahas," tukas Aminuddin.
Berbeda dengan Aminuddin, Adrian lebih menjelaskan mengenai peran agamawan dan bangsawan pada era Majapahit. Dijelaskannya, kedua kasta tersebut merupakan kasta utama pada masa itu. "Ini karena keduanya menjadi panutan rakyat dan secara tidak langsung berperan sebagai pemimpin," jelas Wakil I Cak Surabaya 2005 ini.
Dari semua penjelasan para narasumber, Prof Ir Joni Hermana MScES PhD mengatakan jaman kejayaan Majapahit sebenarnya merupakan penggambaran masyarakat Jawa Timur. Menurutnya, saat itu kerajaan Majapahit sudah bisa membangun kapal yang ukurannya lebih besar dari kapal milik Columbus. "Ini pertanda bahwa kita harus belajar dari mereka. Bangsa kita dulu tidak bisa diremehkan," tegasnya.
Bagi Joni, sistem pendidikan di era Majapahit jauh lebih baik dari sekarang. Pasalnya, dahulu sistem pendidikannya bukan hanya sebatas transfer ilmu akan tetapi memegang filosofi sebagai pendidik. "Jadi, para pengajar di masa lampau melakukan hal yang lebih dari sekedar mengajar," ujar Rektor ITS ini.
Karenanya, kuliah tamu ini menjadi sarana yang sangat penting bagi para mahasiswa dan dosen untuk memaknai arti pendidikan sebenarnya. Joni berharap, pendidikan di ITS tidak hanya dinilai dari dalam kelas, tapi juga di luar kelas. "Saya tidak ingin nantinya ITS hanya menciptakan manusia-manusia robot pencari uang," pungkas Guru Besar Jurusan Teknik Lingkungan ITS ini. (pus/man)
Jakarta, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi nasional dengan memborong empat penghargaan pada ajang Anugerah
Kampus ITS, ITS News — Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan perannya dalam memperkuat ekosistem riset kampus
Kampus ITS, ITS News – Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan komitmennya dalam mendukung
Kampus ITS, ITS News — Guna meneguhkan komitmen sebagai World Class University (WCU), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menyiapkan