ITS News

Jumat, 19 Desember 2025
14 Mei 2015, 18:05

Master Instruktur GEGANA dari Tekkim ITS

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

"Saya dari awal ingin sekali masuk anggota ABRI, tapi tidak lolos saat tes,” terang Arifin mengawali kisahnya di acara Sharing Session bersama Alumni ITS. Kondisi fisik yang masih memenuhi syarat merupakan penyebab gagalnya Arifin bergabung di ABRI. Untungnya, semangat tersebut tetap ada hingga akhirnya terdapat tawaran beasiswa untuk bergabung dalam proyek perintis kepolisian.

Belajar dari pengalaman, akhirnya ia berusaha memperbaiki kondisi fisik lewat aerobic. Pasalnya, terdapat syaraf fisik dalam tawaran beasiswa tersebut. "Dari aerobic itu saya mengeri bahwa dengan latihan yang gigih kita dapat mendapatkan bentuk fisik yang diinginkan," ujar Arifin.

Dalam acara yang dihelat IKA ITS Pengurus Wilayah Jatim ini, Arifin menerangkan bahwa ia akhirnya lolos dalam tahap seleksi tersebut dan menjadi angkatan pertama program beasiswa tersebut. Saat ini dirinya tergabung dalam pasukan paling elite di kepolisian, yaitu pasukan GEGANA yang bertugas menjinakkan bom di Indonesia.

Semua disiplin ilmu yang dipelajarinya selama tujuh semester di ITS menjadi sangat bermanfaat ketika menjalani tugasnya. Pasalnya, dalam sebuah bom terdapat mesin penggeraknya dan pemicu bom. Pemicu bom sendiri merupakan senyawa kimia dan dapat dihitung kecepatan reaksinya, sehingga dapat diprediksi seberapa cepat dan sejauh mana harus bertindak.

Berkat kelihaiannya dalam menjinakkan bom, saat ini ia menjadi seorang Master Instruktur Penjinak Bom di Indonesia. Hanya ada dua Master Instruktur Penjinak Bom  di Indonesia, yakni Arifin dan salah seorang alumni Teknik Elektro UI.  

Satu hal yang menurutnya harus benar-benar diterapkan yaitu mengenai ketepatan waktu. "Dimana saja harus tepat waktu, tidak boleh lewat sedetik pun. Karena jika telat satu detik saja terlambat dalam menjinakkan bom, berarti hancur semua," jelas Arifin.

Diakhir sesi, Arifin menerangkan pengalamannya yang paling sulit. Hal tersebut terjadi saat dirinya berada di sebuah wilayah di Indonesia dan bertugas untuk membawa pasukan saja tanpa membawa peralatan penjinak bom. "Akan tetapi di tengah perjalanan terjadi ancaman pengeboman. Terdapat sebuah bom TNT setengah kilogram dan akhirnya bom tersebut dapat dijinakkan," pungkas Arifin. (oti/sha)

Berita Terkait