ITS News

Jumat, 19 Desember 2025
03 Mei 2015, 23:05

Yang Terpenting Bukan Sekolah, Melainkan Belajar

Oleh : Dadang ITS | | Source : -
Talkshaw dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional ini berlangsung di Plasa dr Angka, Kampus ITS. Dalam kesempatan itu, Daniel banyak berbicara mengenai konsep yang ia tawarkan, yaitu deschooling. Karena menurutnya, sekolah saat ini kehilangan ruh dan mentalitas dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Siswa menurutnya, menjadi korban kekakuan sebuah sistem. ”Sehingga yang terpenting bagi anak itu bukan sekolah, melainkan belajar,” ujarnya.

Hilangnya ruh sekolah dalam mengajar, terlihat dari minimnya budaya membaca di kalangan siswa. Guru Besar Teknologi Kelautan ini beranggapan bahwa sekolah formal tidak mengajarkan siswa untuk senang membaca, melainkan mereka diajarkan membaca yang bersifat traumatik. ”Oleh karena itu, para pengajar tangguh yang nantinya akan mengajar di daerah terpencil, kalian tidak perlu mengganti peran guru di sana. Tetapi jadi lah pendamping, dan ajarkan siswa cara membaca yang baik,” pesannya kepada peserta.

Agar siswa senang membaca, pakar pendidikan di Jawa Timur ini berbagi tips kepada para calon pengajar. Siswa seharusnya diajak observasi dengan alam sekitarnya. ”Jika berada di daerah pesisir, ajak siswa untuk mengamati ikan, deskripsikan ikan itu, dan giring mereka untuk membaca buku mengenai ikan,” jelasnya. Metode itu, menurut Daniel jauh lebih efektif. ”Karena ketergantungan terhadap buku akan menjadikan anak lebih baik,” imbuhnya.

Selain Daniel, IM LIFE juga dihadiri oleh Drs Sukaryanto, MSi, dari Dinas Pendidikan Jawa Timur dan pengajar tangguh ITS Mengajar for Indonesia (IFI), Siti Raisya Fitria Efendy. Dalam kesempatan itu Sukaryanto menuturkan pentingnya penanaman kreatifitas dalam diri siswa. Karena, siswa saat ini terperangkap dalam pendidikan yang monoton di kelas. ”Siswa harus diasah untuk memiliki keterampilan yang baik, sehingga dalam hal ini SMK menjadi model pendidikan yang tepat,” tuturnya.

Menanggapi isu degradasi moral yang banyak menggerus insan terdidik, Sukaryanto menganggap perlunya revitalisasi pendidikan di tingkat keluarga. Keluarga memegang peranan penting untuk mencetak karakter anak. ”Anak yang tumbuh dalam didikan keluarga yang baik, akan berkembang menjadi anak istimewa,” ungkapnya.

Sementara itu, karena telah cukup berpengalaman dalam mengajar siswa di daerah terpencil, Raisya menceritakan pengalamannya berinteraksi langsung dengan siswa-siswi di Pulau Mandangin, Madura. Ia prihatin dengan sarana dan prasarana pendidikan di sana yang jauh dari kata layak. ”Sebagai mahasiswa kita punya hutang kepada mereka, karena kita menikmati beragam fasilitas lengkap, sementara mereka tidak. Ayo bergerak, apapun yang bisa kita lakukan, untuk pendidikan Indonesia yang lebih baik,” pungkasnya persuasif. (mis/akh)

Berita Terkait