Dalam diskusi tersebut, Ir Mukhtasor MEng PhD menuturkan dua bentuk kerjasama strategis yang bisa diwujudkan antara ITS dengan Inggris. Pertama ialah dalam bidang hukum. Menurutnya, masalah serius di perairan Indonesia saat ini ialah belum adanya hukum yang mengatur tentang kasus tumpahan minyak dari offshore. "Sampai sekarang, kami masih berusaha menyelesaikan masalah ini dengan bantuan firma hukum dari Inggris," ungkap guru besar Jurusan Teknik Kelautan ITS tersebut.
Selanjutnya, Mukhtasor juga mengungkapkan ketertarikannya pada konsep European Marine Energy Centre yang terdapat di Kepulauan Orkney, Inggris. "Kami ingin bekerjasama dengan Inggris, supaya bisa menyesuaikan dan menerapkan teknologinya dengan kondisi lingkungan di Indonesia," ujarnya.
Lebih lanjut, lulusan Memorial University of Newfoundland, Canada ini menyatakan bahwa ITS mulai menjajaki kerjasama untuk membangun marine energy centre skala ASEAN di wilayah Pulau Lombok. Beberapa perusahaan internasional dari Perancis dan Norwegia pun telah bersaing untuk menawarkan kerjasama. Namun, menurutnya skema kerjasama yang ditawarkan oleh perusahaan asal Inggris adalah yang paling cocok dan berkelanjutan. Tak ayal, Moazzam pun menyatakan ketertarikannya untuk memfasilitasi kerjasama tersebut. "Good idea," ujarnya singkat.
Meskipun begitu, menurut Prof Dr I Ketut Aria Pria Utama MSc, kerjasama dalam bidang akademik antara ITS dengan Inggris juga harus diperhatikan. Ketua Jurusan Teknik Perkapalan ITS ini mengutarakan harapannya terhadap peningkatan kerjasama perihal pertukaran pelajar, joint research, dan akreditasi akademik.
Menanggapi hal tersebut, Moazzam mengungkapkan bahwa Indonesia sejatinya berada pada urutan ketiga sebagai negara yang paling banyak menerima mahasiswa asal Inggris. Selain itu, Inggris pun juga tercatat sebagai negara favorit mahasiswa Indonesia dalam melanjutkan pendidikan magister. "Selanjutnya, melalui Lembaga Pengelolaan Dana Pendidikan (LPDP), kami berharap bisa lebih banyak memberikan beasiswa untuk mahasiswa Indonesia," tutur pria yang lancar berbahasa Indonesia tersebut.
Moazzam menambahkan, pemerintah Inggris menyatakan keseriusannya untuk menjalin kerjasama dengan Indonesia, khsususnya ITS. "Saya sangat berterima kasih atas ide-ide yang diberikan. Selanjutnya, kita harus menentukan bentuk kerjasama dahulu, supaya lebih fokus," ujarnya.
Di akhir, Prof Ir Joni Hermana MscES PhD, Rektor ITS, mengungkapkan bahwa perlu diadakan komunikasi lebih lanjut tentang bentuk kerjasama yang akan dijalin dengan pemerintah Inggris. "Pada pertemuan selanjutnya, kami akan menentukan penanggung jawab dan mengajukan konsep kerjasama yang lebih spesifik," pungkas Joni. (ayi/ali)