Berlokasi di Gedung Pascasarjana, seminar besutan Himpunan Mahasiswa Biologi ITS (HIMABITS) ini merupakan kali kelima diselenggarakan. Dengan mengangkat tema Applied Biotechnology for Blue and Green Economy, bahasan seminar kali ini lebih menekankan mengenai besarnya potensi mikroalga yang dimiliki Indonesia. Dua pakar yang bergelut dengan mikroalga pun dihadirkan. Mereka adalah Prof Ir Sukoso, MSc, PhD dan Machmud Lutfi Huzain, ST.
Sukoso menjelaskan, mikroalga merupakan agen biologis yang belum banyak dikembangkan oleh para peneliti di Indonesia. Padahal, menurutnya, mikroalga memiliki potensi besar untuk mengatasi berbagai problem kronik zaman modern. Penelitian yang ia lakukan adalah mengembangkan formulasi dari berbagai jenis mikroalga untuk menjadi obat anti kanker.
Guru besar Universitas Brawijaya ini banyak bercerita mengenai kesalahan pola hidup yang banyak dilakukan oleh orang Indonesia. Sehingga tidak heran apabila sering muncul penyakit degenaratif, seperti kanker, jantung koroner dan autisme. ”Sudah berapa banyak makanan yang mengandung pengawet, perasa, pemanis, penyedap, yang masuk ke tubuh kita?” tanyanya intimidatif.
Ia melanjutkan, jika kita meniru lifestyle orang barat, kita tidak kuat. ”Maka, makanlah yang alami ada di sekitar kita,” tegasnya energik. Pria yang juga menjabat sebagai Direktur Halal Thoyyib Science Center (HTSC) ini lantas menjelaskan mengenai formulasi mikroalga yang mampu membunuh sel kanker.
”Mikroalga ini selain mengandung protein, juga memiliki antioksidan yang mampu menangkal radikal bebas ,” imbuh Sukoso. Saat ini, formulasi obat yang ia ciptakan telah mendapatkan paten dan berhasil dikomersialisasikan.
Berbeda dengan Sukoso, Machmud lebih banyak bercerita mengenai pengalamannya berwirausaha dengan mikroalga. Ia menekuni riset mikroalga sejak duduk menjadi mahasiswa di Universitas Diponegoro. ”Saya fokus di mikroalga jenis Spirulina,” ungkap pemuda yang saat ini menjadi Chief Executive Officer (CEO) PT Neoalgae Indonesia Makmur, perusahaan yang ia dirikan sendiri.
Spirulina sendiri merupakan jenis ganggang hijau yang memiliki kandungan protein dan zat besi yang tinggi. Ia banyak dimanfaatkan untuk protein sel tunggal. Sehingga banyak dijadikan produk untuk suplemen makanan.
Ceritanya, pemuda berumur 24 tahun itu prihatin terhadap kondisi produk berbasis spirulina yang didominasi dari luar negeri. Ia kemudian berinisiatif menciptakan produk spirulina asli buatan Indonesia. ”Saya sering mengikuti kompetisi, seperti business plan, dari situ saya memperoleh modal Rp 500 juta untuk pengembangan usaha saya ini,” jelasnya.
Ia pun mengajak para mahasiswa yang hadir untuk tidak takut berwirausaha sesuai dengan keilmuan yang saat ini ditekuni. ”Anak Biologi bukan cuma jadi peneliti di laboratorium, kalian bisa jadi pengusaha,” tuturnya menyemangati. ”Posisi kita ini sangat potensial, karena masih muda. Ayo, saatnya Indonesia jadi pemimpin dunia untuk mikroalga,” tutup persuasif. (mis/oly)
Surabaya, ITS News – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) memperkuat perannya dalam mendorong pendidikan berkelanjutan melalui audiensi bersama Dinas
Kampus ITS, ITS News — Apresiasi mahasiswa yang aktif berorganisasi, Lembaga Pengelola Dana Abadi (LPDA) Institut Teknologi Sepuluh
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bersama Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) secara resmi
Surabaya, ITS News — Mewujudkan sinergi dengan pemerintah daerah, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menyambut positif program Bantuan Biaya